REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Jember Suprihandoko mengatakan bahwa pekerja migran Indonesia asal Kabupaten Jember, Jawa Timur, diduga menjadi korban pembunuhan di Malaysia.
"Kami melakukan koordinasi dengan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) terkait dengan kasus tersebut," katanya saat dikonfirmasi per telepon di Jember, Selasa.
Menurut dia, korban bekerja ke Malaysia tidak melalui jalur resmi atau secara prosedural, sehingga pihaknya agak kesulitan untuk melacak keluarga korban.
"Kami juga masih menelusuri korban tersebut bekerja apa di Malaysia karena Disnaker Jember tidak memiliki data terkait korban yang merupakan pekerja migran ilegal," tuturnya.
Ia menjelaskan pihaknya akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, Malaysia, terkait dengan pemulangan jenazah korban, namun kasus yang dialami korban memerlukan penanganan khusus karena menjadi korban pembunuhan.
"Masih belum tahu kapan jenazah korban akan dipulangkan ke Jember karena aparat kepolisian di Malaysia tentu akan melakukan penyelidikan atas peristiwa itu," katanya.
Suprihandoko mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan penjemputan jenazah korban di Bandara Juanda Surabaya berkoordinasi dengan BP2MI, sehingga Disnaker Jember akan menunggu informasi kepulangan jenazah itu.
Informasi yang dihimpun di lapangan bahwa korban bernama Windri Nur Fadila (18) yang merupakan warga Desa/Kecamatan Jenggawah yang bekerja di Selangor, Malaysia.
Korban dikabarkan bekerja sebagai cleaning service di sebuah perusahaan di Malaysia dan sudah bekerja selama 10 bulan setelah korban lulus dari sekolah menengah atas (SMA) di Jember.
Sebelumnya beredar sebuah video seorang pekerja migran Indonesia tergeletak dengan kondisi yang mengenaskan dan terdapat luka sayatan di lehernya. Tubuh korban ditemukan di depan lift sebuah apartemen.