Senin 29 Jan 2024 18:10 WIB

Waspadai Penyebaran Penyakit Pneumonia di Indonesia

Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan infeksi bakteri, virus, dan jamur.

Rep: Erik PP/Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Dokter spesialis penyakit dalam, dr Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD.
Foto: Republika.co.id
Dokter spesialis penyakit dalam, dr Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan laporan, terjadi peningkatan kasus undiagnosed pneumonia yang menyerang anak-anak di wilayah Cina utara melalui publikasi di ProMed pada 22 November 2023. Berdasarkan keterangan WHO, otoritas kesehatan Cina melaporkan peningkatan kasus terjadi akibat Mycoplasma pneumoniae, yaitu infeksi bakteri umum pada pernapasan yang banyak menyerang anak-anak, sejak Mei 2023.

Tak hanya di Cina, wabah pneumonia anak juga mulai terdeteksi di Eropa, khususnya Denmark dan Belanda. Indonesia pun merespons hal itu dengan cepat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor PM.03.01/C/4732/2023 mengenai Kewaspadaan terhadap Kejadian Mycoplasma pneumonia di Indonesia.

Surat edaran tersebut memerintahkan seluruh instansi terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap Mycoplasma pneumoniae di Indonesia. Pneumonia merupakan peradangan pada paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur.

Bakteri penyebab pneumonia antara lain, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydophila pneumoniae, dan Legionella pneumophila. Sedangkan, virus penyebab pneumonia, antara lain respiratory syncytial virus (RSV), influenza (flu), parainfluenza, dan adenovirus. Sementara jamur penyebab pneumonia diantaranya Candida Aspergillus dan Pneumocystis jiroveci.

Dokter spesialis penyakit dalam, dr Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD. mengatakan, pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi lebih dari satu kuman atau patogen pada saat bersamaan, baik bakteri, virus, maupun jamur. Infeksi tersebut terjadi di paru-paru dan meluas. Hal itu menyebabkan penumpukan cairan dan hambatan aliran udara,

"Sehingga menyulitkan proses pernapasan. Pada kondisi ini, bernapas akan terasa berat dan membuat sesak," kata Dirga di Jakarta, Senin (29/1/2024). Tentu saja kondisi itu tidak boleh dianggap remeh, terutama apabila dialami oleh anak-anak.

"Untuk itu, sangat penting bagi orang tua menyadari bahaya dan risiko pneumonia yang sampai dapat menyebabkan kematian. Penting sekali untuk melakukan upaya pencegahan sedini mungkin," kata Dirga.

UNICEF mencatat satu anak meninggal akibat pneumonia setiap 43 detik di seluruh dunia, menjadikannya penyebab utama kematian bayi dan anak, lebih banyak dari AIDS, malaria, dan campak sekaligus. Sementara di Indonesia, pneumonia adalah penyebab 14,5 persen kematian pada bayi dan 5 persen kematian pada anak usia di bawah lima tahun.

Meskipun mematikan, pneumonia merupakan salah satu penyakit yang bisa dicegah dan diobati. "Pneumonia yang disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae dapat dicegah melalui vaksinasi pneumococcal conjugate vaccines atau PCV. Vaksin PCV dapat diberikan pada anak usia di bawah satu tahun dengan dosis tiga kali, yaitu usia dua, empat, dan enam bulan," kata Dirga.

Menurut dia, tidak terbatas pada anak-anak, vaksinasi PCV juga termasuk dalam rekomendasi imunisasi dewasa oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). "Vaksinasi PCV direkomendasikan untuk semua anak dan orang dewasa untuk melindungi masyarakat Indonesia dari Pneumonia," kata Dirga.

Di Indonesia, tersedia vaksin PCV13 yang melindungi dari 13 serotipe pneumokokus, dan dengan perkembangan teknologi terbaru, kini telah tersedia vaksin PCV15 yang memberikan perlindungan tambahan untuk dua serotipe pneumokokus. Vaksin PCV15 mampu melindungi dari 15 serotipe pneumokokus, dan telah mendapatkan izin edar dari Badan POM untuk digunakan di seluruh wilayah Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement