Ahad 31 Dec 2023 16:09 WIB

Melirik Konsep Ekowisata untuk Cegah Perubahan Iklim

Konsep wisata Banyuwangi mematahkan paradigma wisata harus modern.

Pemain rebana menampilkan atraksi pada perayaan Hari Jadi Banyuwangi ke-252 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (18/12/2023). Pagelaran yang dihadiri ribuan warga itu diisi dengan ceramah agama oleh Ustaz Das
Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Pemain rebana menampilkan atraksi pada perayaan Hari Jadi Banyuwangi ke-252 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (18/12/2023). Pagelaran yang dihadiri ribuan warga itu diisi dengan ceramah agama oleh Ustaz Das

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut konsep ekowisata atau pariwisata alam di Kabupaten Banyuwangi mendukung upaya pencegahan perubahan iklim.

"Konsep wisata Banyuwangi mematahkan paradigma wisata harus yang modern, padat kendaraan, dipenuhi mall seperti di kota-kota besar, yang ini justru menjadi penyumbang CO2. Di Banyuwangi, wisatanya justru gunung, pantai bahkan event sport tourism-nya juga sangat ramah lingkungan yakni kompetisi sepeda lari yang tidak menghasilkan CO2," katanya dalam keterangannya di Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (31/12/2023). 

Baca Juga

Dwikorita mengatakan Banyuwangi layak menjadi contoh daerah yang sukses mendukung lifestyle ramah lingkungan lewat pengembangan pariwisata alam. "Saya merasakan yang berbeda ketika berkunjung ke Banyuwangi, aura lebih segar, terlebih saat ini Banyuwangi telah menjadi tujuan destinasi nasional dengan bertahan pada konsep yang dipegangnya," ujarnya.

Dwikorita mengatakan perubahan iklim telah menjadi isu utama dunia internasional, dan saat ini terjadi fenomena percepatan peningkatan suhu bumi yang memicu cuaca ekstrem. Menurut dia, para ahli telah menyepakati hingga tahun 2100 suhu bumi tidak boleh melebihi 1,5 derajat celsius guna mencegah timbulnya cuaca ekstrem.

Tapi, Organisasi Meteorologi Dunia telah mengumumkan saat ini suhu dunia telah meningkat 1,4 derajat celsius, yang notabene masih 78 tahun lagi sebelum tahun 2100. "Ini menyebabkan kondisi ekstrem, intensitas cuaca ekstrem terus meningkat. Cuaca yang berubah, banjir, longsor, ini adalah dampak peningkatan suhu bumi, jika tidak dilakukan perubahan lifestyle lebih ramah lingkungan, para ahli mengasumsikan 10 tahun ke depan bumi bisa terancam krisis air dan pada 2050 krisis pangan," kata Dwikorita.

"Ini artinya, dari sekarang kita harus mulai mengurangi gaya hidup yang mengurangi kenaikan panas bumi, mengurangi produksi CO2 atau mulai menerapkan mindset pembangunan yang ramah lingkungan," katanya menambahkan.

Dwikorita sangat mendukung ekowisata yang diusung Banyuwangi. Dan Banyuwangi, menurutnya, bukan sekadar berwacana tapi sudah menunjukkan hasil positif dari kebijakannya.

Pariwisata yang mengusung wisata alam ini telah berdampak pada kemajuan ekonomi hingga penurunan angka kemiskinan daerah. "Saya kira Bupati Ipuk bisa menjadi inspirasi pemimpin daerah lainnya membawa lifestyle ramah lingkungan pada level kebijakan. Saya akan mengajak Bupati Ipuk berbicara di forum internasional yang mengangkat isu peran wanita dalam mengubah lifestyle menjadi ramah lingkungan," kata Dwikorita.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan selama ini Banyuwangi concern pada pengembangan ecotourism, selain karena dianugerahi bentang alam yang memungkinkan pengembangan wisata alam juga yakin bahwa konsep ekowisata sangat bermanfaat bagi daerah.

Ipuk mengungkapkan dirinya telah bertemu Kepala BMKG saat melakukan kunjungan kerja di Banyuwangi, pada 24 Desember 2023. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan bagaimana pengembangan pariwisata yang dilakukan Banyuwangi. "Kami menyadari potensi alam Banyuwangi adalah kelebihan yang kami miliki dan kami syukuri maka kami tidak ingin mengubahnya menjadi wisata yang metropolitan. Tapi merawatnya beserta dengan budaya yang ada di dalamnya," ujar Ipuk.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement