REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Ketua Umum MUI KH Anwar Iskandar menanggapi viralnya video Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) soal pelafalan Amin dalam shalat. Anwar Iskandar mengatakan, dalam shalat, melafalkan kata Amin di ujung Surat Al Fatihah hukumnya sunnah.
"Suatu kalimat yang disunnahkan oleh syariat untuk dibunyikan setelah orang membaca waladholin atau ketika orang berdoa. Itu hukumnya sunnah, aslinya seperti itu," ujar Anwar Iskandar di Kota Kediri, Kamis (21/12/2023).
Pengasuh Pondok Pesantren Al Amien Kediri itu pun meminta bacaan Amin tidak dipolitisasi oleh semua pihak, dan tidak dicampuradukan dalam politik. Bacaan Amin, kata dia, sudah ada sejak partai-partai belum ada, bahkan sejak Indonesia belum ada, dan akan selalu ada sampai kiamat.
"Jadi itu biasa saja tidak ada urusannya sama Anies-Muhaimain. Tidak mengucapkan, tidak berarti shalatnya tidak sah, nggak ada urusannya sama politik. Tidak ada larangan orang mengucapkan (Amin) atau tidak dan tidak ada urusannya sama politik. Saya minta jangan mengait-ngaitkan Amin dalam shalat dengan AMIN Anies Baswedan," ujarnya.
Anwar Iskandar melanjutkan, secara kebetulan dalam Pilpres 2024, ada kontestan yang capresnya bernama Anies dan cawapresnya Muhaimin. Kemudian untuk memudahkan disingkat menjadi AMIN. Tetapi, kata dia, Amin dalam shalat dengan Amin yang jadi singkatan Anies-Muhaimin tidak sama.
"Dua kalimat ini tidak sama. Yang satu itu nuansa agama murni, yang satu nuansa politik Pilpres 2024," ucapnya.
Anwar pun meminta publik tidak melebih-lebihkan dan membuat polemik lebih panjang terkait apa yang disampaikan Ketum PAN Zulkifli Hasan soal bacaan Amin dan jari saat Tahiyat akhir. Sebab, itu hanya bercandaan.
"Akhir-akhir ini Pak Kiai Abdul Somad, Ustaz Adi Hidayat, juga Pak Anies Baswedan, dan terakhir Pak Zulhas membuat candaan dengan mengait-ngaitkan orang yang sedang shalat karena cintanya pada paslon tertentu, kemudian tidak mau mengucapkan Amin. Bahkan saya lihat di video Pak Kiai Somad menampilkan berbagai mazhab tentang jari yang diucapkan ketika tahiyat. Bagaimana Mazhab Maliki, Mazhab Syafi'i, dan lain-lain," kata dia.
"Bahkan terakhir candaaan Kiai Somad tentang orang yang mendukung calon tertentu, ketika tahiyat tidak pakai satu jari tapi dua jari, itu bercandaan," ujarnya.
Anwar menegaskan saat ini suasana politik memanas. Banyak hal dikait-kaitkan dengan politik. Ia juga meminta semua pihak termasuk para capres-cawapres berhati-hati untuk bercanda soal agama.
"Nah karena ini nuansanya politik sehingga akhirnya jadi ramai. Tetapi saya berharap bahwa kita ini berhati-hati. Saya minta ketika para ustaz ngaji berhati-hati dalam bercanda. Ketika capres berpidato atau bercanda, hati-hati bercanda. Ketika pimpinan partai bercanda dengan diksi-diksi agama saya berharap supaya hati-hati," kata dia.
Anwar mengatakan, MUI mengambil posisi memberi nasehat kepada para kiai, ulama, politikus, juga kepada calon-calon presiden, dan wakil presiden untuk berhati-hati dalam menggunakan diksi-diksi agama. Ia pun mengingatkan pepatah yang mengatakan 'Kalamul Imam, Imamul Kalam' yang artinya ucapan pemimpin itu pemimpinnya ucapan.
"Itu harus hati-hati dampaknya nggak baik kalau nggak hati-hati. Agama itukan memberi nasehat, kata Rasulullah agama itu nasehat. Nasehat kepada pemimpin dan rakyat, para pemimpin, politisi, dai, ulama, dinasehati Rasulullah agar hati-hati. Karena tajamnya mulut lebih berbahaya daripada tajammya pisau," ujarnya.
Anwar juga mengimbau seluruh rakyat Indonesia menjaga persatuan di tahun politik 2024. Ia berpesan agar tidak ada perpecahan akibat Pemilu 2024.
"Rakyat juga kita nasehati supaya tidak terprovokasi ke hal-hal yang tidak menguntungkan. Kita tetap Pemilu damai, aman. Bahwa ada perbedaan pilihan, ya itu bagian dinamika demokrasi. Tapi tidak berarti membawa akibat hancurnya Indonesia," ucapnya.