REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) dari berbagai Fakultas dan jurusan, mengikuti kuliah umum, di Bale Sawala Unpad, akhir pekan ini. Kuliah umum tersebut membahas “Dinamika Industri Nikel di Era Berkelanjutan: Tantangan, Peluang, dan Prospek Karier” yang disampaikan oleh Direktur Health Safety and Environment (HSE) Harita Nickel Tonny Gultom dan Community Affairs General Manager Latif Supriadi.
Tony menilai, peluang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk bergabung di industri nickel sangat besar. Jadi, tidak hanya untuk jurusan teknik atau engineering saja.
"Tadi disampaikan, kita tidak bicara soal engineering aja, sosial juga dibutuhkan. Dalam dunia industri ini, tidak melulu harus dari jurusan tambang, karena banyak kebutuhan lain, bukan hanya teknik," katanya.
Perguruan tinggi, kata dia, memberikan banyak kontribusi untuk industri nickel di Indonesia. Sehingga, Harita nickel merasa perlu datang ke kampus-kampus untuk bertukar pengetahuan.
"Dunia kampus memberikan kontribusi bagi pekerja kami, dan itu kita berterima kasih kepada perguruan tinggi," kata Tony.
Menurut Tony, pihaknya ingin menyampaikan kepada mahasiswa agar lebih memahami dunia industri, dalam hal ini nickel. "Jadi tanpa melihat mahasiswa itu dari fakultas mana," katanya.
Sementara menurut Community Affairs General Manager, Latif Supriadi, dalam program corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial, dibutuhkan banyak lulusan terbaik dari berbagai jurusan.
"Jadi, dalam CSR sendiri kan programnya macam-macam, kita ada program pertanian yang memerlukan orang jurusan pertanian, jurusan kelautan, kemudian kita ada program pendidikan dan membutuhkan orang yang mengerti pendidikan, orang kesehatan dan segala macam," paparnya.
Latif mengatakan, banyak program yang dijalankan Harita nickel di masyarakat dan membutuhkan orang dengan berbagai macam disiplin ilmu. Agar, kita bisa menjalankan program secara baik di masyarakat.
"Jadi, peluangnya terbuka untuk jurusan-jurusan di perguruan tinggi," katanya.
Sementara berdasarkan data dari Katadata, pada 2022, Indonesia menjadi negara produsen nikel terbesar di dunia dengan total produksi diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau menyumbang 48,48 persen dari total produksi nikel global.
Dengan potensi sebesar itu, kata dia, Indonesia menjadi negara strategis di dunia sejalan dengan permintaan global terhadap nikel yang terus tumbuh. Terutama untuk keperluan industri seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan.