Selasa 05 Dec 2023 22:40 WIB

Pascamerger, Pelindo Sebut Pelabuhan Sorong Lebih Efisien 

Waktu singgah kapal turun dari 72 menjadi maksimal hanya 24 jam.

Aksi merger PT Pelabuhan Indonesia (Persero) pada 1 Oktober 2021 memicu transformasi berbagai pelabuhan, termasuk Pelabuhan Sorong yang kini menjadi lebih efisien.
Foto: dok Pelindo
Aksi merger PT Pelabuhan Indonesia (Persero) pada 1 Oktober 2021 memicu transformasi berbagai pelabuhan, termasuk Pelabuhan Sorong yang kini menjadi lebih efisien.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi merger PT Pelabuhan Indonesia (Persero) pada 1 Oktober 2021 memicu transformasi berbagai pelabuhan, termasuk Pelabuhan Sorong yang kini menjadi lebih efisien.

General Manager Pelindo Regional 4 Sorong Zahlan mengungkapkan sejumlah data perbandingan antara kinerja sebelum dan sesudah Pelindo merger. Waktu singgah kapal (port stay) turun dari 72 jam pada saat sebelum merger menjadi maksimal hanya 24 jam. 

"Bahkan, rata-rata port stay pada Januari-September 2023 tercapai hanya 10,84 jam dibandingkan 24,37 jam pada periode yang sama tahun sebelumnya," ujar dia dalam siaran pers, Selasa (28/11/2023). 

Produktivitas bongkar-muat di Pelabuhan Sorong juga naik dari 17 Box per Ship per Hour (BSH) menjadi 30,34 BSH. Selaras dengan itu, produktivitas penanganan crane juga naik dari delapan Box Crane per Hour (BCH) menjadi 22 BCH. 

Hal ini membuat jumlah kapal yang dilayani juga bertambah. Lebih lanjut, pada Januari-September 2023, Sorong melayani 97 kapal, naik 11 kapal dibandingkan periode yang sama pada 2022 sebanyak 86 kapal.

Tercatat bahwa jumlah peti kemas yang dibongkar-muat di Terminal Peti Kemas (TPK) Sorong juga meningkat 14 persen dari 31.744 Twenty Foot Equivalent Unit (TEUs) pada Januari-September 2022 menjadi 36.178 TEUs pada Januari-September 2023.

Peningkatan kinerja ini merupakan hasil transformasi Pelindo selama dua tahun ini. Salah satu tonggak penting adalah perubahan waktu operasional pelabuhan dan TPK Sorong menjadi 24 jam kali tujuh hari dari sebelumnya enam hari kerja. 

"Di Sorong yang mayoritas penduduknya umat Kristiani, hari Minggu merupakan waktu ibadah, sehingga proses untuk menuju waktu operasional 24 x 7 itu tidaklah mudah,” ungkap Zahlan.

Zahlan menjelaskan, Pelindo secara maraton mendiskusikan rencana operasional 24 x 7 dengan Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sorong, kalangan tenaga kerja bongkar muat (TKBM), para pengguna jasa kepelabuhan dan bisnis logistik, gereja, serta Pemerintah Kota Sorong dan DPRD Sorong.

Agar bisa beroperasi 24 jam dalam seminggu, pekerja Pelindo dan tenaga kerja di lingkungan Pelabuhan dan TPK Sorong dibagi dalam kelompok-kelompok, sehingga mereka bisa bekerja tanpa meninggalkan kewajiban beribadah. 

Salah satu perusahaan pelayaran, Tanto Intim Line, terkejut sekaligus mengapresiasi perubahan yang cukup signifikan di Sorong dan beberapa pelabuhan lain di Indonesia Timur.  

Direktur Tanto Intim Line Steven Handoyo mengaku, sebelum Pelindo bertransformasi, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya beroperasi sejak pukul 6 pagi, namun Pelabuhan Sorong baru buka pukul 9, kemudian istirahat pukul 13 siang dan baru buka lagi sejam kemudian. "Sekarang ada standar, semuanya 24 jam,” kata dia.

Respons dan penanganan atas keluhan klien di Pelabuhan Sorong kini juga berlangsung cepat. Sekarang, klien bisa langsung menghubungi PT Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) begitu ada persoalan di area pelabuhan. SPTP sendiri adalah anak usaha Pelindo bidang pengelolaan terminal peti kemas.

Kecepatan pelayanan ini akhirnya mempengaruhi biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan pelayaran dan pemilik barang. Sebagai contoh, biaya bahan bakar jauh berkurang karena waktu sandar berkurang dari 2-3 hari menjadi hanya sehari. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement