Selasa 05 Dec 2023 19:19 WIB

Ketahanan Pangan Berbasis Potensi Desa Dinilai Perlu Terus Ditingkatkan

Pembangunan lahan budidaya tanaman pangan terus menunjukkan progres positif.

Delegasi IFAD dan tim Kemendes PDTT ke lahan percontohan Demplot kelompok penerima bantuan (KPB) Maju Bersama di Desa Usliapan, Teon Nila Serua, Maluku Tengah, pekan lalu.
Foto: Dok Istimewa
Delegasi IFAD dan tim Kemendes PDTT ke lahan percontohan Demplot kelompok penerima bantuan (KPB) Maju Bersama di Desa Usliapan, Teon Nila Serua, Maluku Tengah, pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MALUKU – Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD) terus mendorong berbagai upaya inovasi dalam meningkatkan ketahanan pangan kawasan perdesaan di Indonesia timur. Pembangunan lahan demonstrasi pilot (demplot) budidaya berbagai tanaman pangan terus menunjukkan progres positif. 

Hal tersebut tampak saat kunjungan langsung delegasi IFAD dan tim Kemendes PDTT ke lahan percontohan Demplot kelompok penerima bantuan (KPB) Maju Bersama di Desa Usliapan, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, pekan lalu. Budidaya ubi jalar di Demplot Maju Bersama menunjukkan perkembangan positif baik dari praktik tanam hingga jalur distribusi pemasaran. 

Baca Juga

“Kami terus berkomitmen mendorong ketahanan pangan berdasarkan potensi lokal daerah. Maka kami ingin memastikan pengembangan budi daya ubi jalar di Maluku Tengah ini berada di jalur yang benar,” ujar Audit Officer Office of Audit and Oversight IFAD, Wael Bzaih yang didampingi Luigi Pralangga dari IFAD Indonesia, sebagaimana keterangan tertulis pada Selasa (5/12/2023). 

Wael mengatakan, IFAD menilai saat ini berbagai negara dunia harus menguatkan ketahanan pangan berdasarkan potensi lokal masing-masing. Pilihan pengembangan Ubi Jalar sebagai bahan pangan alternatif di Maluku Tengah misalnya sudah tepat karena sesuai dengan potensi wilayah tersebut. 

“Pengembangan ubi jalar sebagai bahan pangan alternatif dalam pandangan kami sesuai dengan potensi lokal yang akan memastikan ketersediaan pangan sekaligus menjadi komoditas strategis untuk mengentaskan kemiskinan di Maluku Tengah dan sekitarnya,” katanya.

Wael mengungkapkan dalam kunjungan ke lapangan pihaknya juga mendengarkan masukan kelompok penerima bantuan (KPB). Mereka juga mengetahui secara langsung berbagai tantangan yang di hadapi KPB di lapangan.

“Dari masukan dan pengalaman anggota KPB kita menyarankan agar mereka tidak hanya fokus pada teknik penanaman, tetapi juga mengidentifikasi potensi peningkatan efisiensi dalam distribusi produk dan strategi pemasaran yang lebih efektif,” katanya. 

Wael mengatakan, kegiatan demplot diharapkan dapat memotivasi rumah tangga di desa dalam peningkatan produktivitas dan hasil usahanya untuk meningkatkan pendapatan. Setiap Desa akan dipilih sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) rumah tangga penerima manfaat sebagai pelaksana demplot yang ditetapkan dalam satu kelompok melalui musyawarah desa. 

“Demplot ini tidak hanya berada di satu titik tetapi di berbagai titik wilayah lain di mana satu KPB bisa mengadopsi praktik baik yang berhasil dilaksanakan KPB lainnya,” katanya. 

Sebagai informasi, model Demplot merupakan salah satu andalan program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) kerja sama Kemendes PDTT dan IFAD untuk peningkatan ekonomi yang inklusif pada masyarakat Kawasan Indonesia Timur. Untuk tahun 2023, Program TEKAD telah menargetkan untuk melaksanakan Demplot di 352 KPB yang tersebar di 9 Provinsi sasaran Program TEKAD yaitu Maluku Utara, Maluku, NTT, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement