Senin 20 Nov 2023 18:01 WIB

BPOM Dukung Pemanfaatan Kelor Menjadi Obat Tradisional

Kelor dapat diolah menjadi obat tradisional.

Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) menciptakan vitamin rambut dari daun kelor dan mangkokan.
Foto: Humas UB
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) menciptakan vitamin rambut dari daun kelor dan mangkokan.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kota Palu, Sulawesi Tengah mendukung pemanfaatan tanaman kelor untuk dikembangkan menjadi industri usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) obat tradisional.

"Kami bersyukur karena pada hari ini, sudah ada rumah produksi kelor yang selanjutnya akan menjadi obat tradisional dengan direncanakan akan memproduksi kapsul kelor," kata Pejabat Perwakilan Balai POM Kota Palu Nuraeni saat peresmian rumah produksi kelor PT Kelo I Mangge Palu di Kota Palu, Sulteng, Senin (20/11/2023). 

Baca Juga

Provinsi Sulawesi Tengah belum memiliki industri atau UMKM yang berfokus pada pengembangan obat tradisional, khususnya dari tanaman kelor.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung upaya masyarakat di daerah itu dalam mengembangkan industri obat tradisional yang bersumber dari sumber daya alam seperti tanaman kelor, yang dinilai memiliki sejuta nilai manfaat bagi kesehatan. 

Daun kelor dipercaya memiliki segudang manfaat mulai dari menurunkan gula darah, memelihara kesehatan, hingga meningkatkan kekebalan tubuh. Vitamin C yang terkandung dalam daun kelor dapat membantu melawan bakteri dan virus penyebab penyakit.

"Rumah produksi kelor ini merupakan calon industri obat tradisional di mana rumah produksinya sendiri telah mengikuti denah sesuai persyaratan," katanya. 

Pihaknya telah melakukan pendampingan terhadap PT Kelo I Mangge Palu dalam mempersiapkan rumah produksi kelor tersebut mulai dari alur, denah produksi hingga peralatan yang harus mengikuti ketentuan persyaratan.

Selanjutnya, kata dia, tersisa beberapa persyaratan yang perlu dilengkapi oleh PT Kelo I Mangge untuk mendapatkan izin edar.

"Untuk rumah produksi kelor ini, kendalanya cuman satu, yaitu pemenuhan persyaratan surat izin edar. Kami siap melakukan pendampingan sampai surat izin edar keluar, dan tentunya kami membutuhkan komitmen pimpinan untuk melakukan pengurusan secepatnya," kata dia.

Menurut dia, peresmian tersebut merupakan momentum yang tepat untuk UMKM lainnya ikut berinisiatif dalam memulai memanfaatkan potensi sumber daya alam melimpah yang ada di Sulawesi Tengah guna semakin memajukan daerah ini.

Komisaris Utama PT Kelo I Mangge Basir Tanasa mengatakan pihaknya mengembangkan obat tradisional berbahan baku tanaman kelor merah dikarenakan memiliki potensi yang melimpah dan bermanfaat bagi kesehatan.

"Selain itu, daun kelor ini dapat tumbuh cepat. Setelah tiga bulan ditanam dengan pemeliharaan yang baik, apalagi kalau hujan itu sudah bisa dipanen," katanya.

Menurut dia, pemanfaatan tanaman kelor sebagai bahan baku obat tradisional dan berbagai jenis produk lainnya juga sebagai upaya dalam mendukung pemerintah memajukan pembangunan serta perekonomian daerah.

Sementara itu, Radika, salah satu eksportir dari Jakarta yang hadir pada giat tersebut mengatakan potensi pemanfaatan tanaman kelor sangat besar di luar negeri.

"Kami tertarik terhadap tanaman kelor karena potensi kelor untuk di luar negeri ini sangat banyak, seperti di negara Australia, Amerika Serikat, dan Eropa. Namun, untuk eksportir kelor di Indonesia masih rendah sekali," katanya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya memulai untuk menjalin kerja sama bersama dengan PT Kelo I Mangge Palu untuk memperkenalkan tanaman kelor Palu ke negara luar.

"Saat ini, kami mencoba untuk melihat potensi daun kelor Palu ini secara pelan-pelan, kualitasnya akan kita bandingkan dulu dengan eksportir - eksportir besar seperti India dan China. Kalau hasilnya bagusnya, targetnya bisa mencapai ratusan ton," katanya

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement