REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Posisi strategis Jokowi sebagai kepala negara dengan approval rating yang sangat tinggi memberi peluang besar bagi capres-cawapres yang didukungnya bakal menang dalam perhelatan Pilpres. Meskipun tetap netral, tetapi arah dukungan Istana bisa menggerakkan dukungan dari publik.
Temuan survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan 82,3 persen publik puas dipimpin Jokowi, di antaranya 12,3 persen merasa sangat puas. Hanya 16,0 persen menyatakan tidak puas, di antaranya 1,8 persen sangat tidak puas, dan sisanya tidak tahu/tidak jawab 1,7 persen.
Dengan tingginya tingkat kepuasan publik, Jokowi praktis menjadi figur menentukan dalam ajang Pilpres. Meskipun belum tentu capres yang didukung bakal menang mutlak, tetapi bisa mengancam capres yang diusung oleh partai berkuasa pemenang pemilu dua kali berturut-turut.
“Tingginya approval rating menempatkan Jokowi sebagai figur penentu dalam ajang Pilpres mendatang,” ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam siaran pers di Jakarta, pada Rabu (8/11/2023).
Survei Index Research dilakukan pada 26-31 Oktober 2023 terhadap 1200 orang mewakili semua provinsi. Responden dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) dan diwawancara tatap muka. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
PDIP yang mendominasi dua periode pemerintahan Jokowi kini berada pada titik persimpangan. Mega tampak memilih risiko bakal kalah, alih-alih takluk kepada “petugas partai” yang dibesarkannya sendiri. Jokowi menang lima kali berturut-turut dalam gelaran elektoral dengan dukungan PDIP.
Di sisi lain, realitas politik menunjukkan Jokowi telah menjelma sebagai tokoh yang setara dengan elite nasional lainnya. Bahkan dalam periode kepresidenannya, Jokowi telah membentuk dinasti politik yang mampu menyaingi dinasti-dinasti politik lainnya.
Menurut Vivin, dinasti politik adalah fakta sosiologis yang tak terhindarkan dalam politik kekuasaan. “Fenomena dinasti atau political family bukan ciri khas negara berkembang, bahkan negara demokrasi maju seperti Amerika pun mengenal keluarga Kennedy, Bush, dan Obama,” ujar Vivin.
“Pada akhirnya pilihan publik di bilik suaralah yang akan menentukan, sekaligus menjadi hakim atas manuver elite-elite politik,” lanjut Vivin. Seperti ungkapan Jokowi, kepemimpinan nasional pada tiga periode mendatang akan sangat menentukan arah masa depan Indonesia.
Jika keberlanjutan menang dan semakin mendalam, jalan terbuka lempang bagi Indonesia untuk mencapai cita-cita menjadi negara maju. “Pilpres 2024 menjadi momentum strategis bagi bangsa Indonesia melalui penentuan figur kepemimpinan nasional berikutnya,” pungkas Vivin.