Ahad 05 Nov 2023 23:43 WIB

Terapkan 3M dan Tingkatkan Daya Tahan Tubuh untuk Cegah DBD

3M bisa menjadi upaya menekan angka kematian akibat DBD.

Pasien demam berdarah dengue (DBD). (Ilustrasi)
Foto: Republika
Pasien demam berdarah dengue (DBD). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular Kementerian Kesehatan dr. Imran Pambudi MPHM mengatakan, di musim yang sudah memasuki penghujan masyarakat perlu menerapkan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M dan meningkatkan daya tahan tubuh untuk mencegah terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Maka itu 3M terutama pemberantasan sarang nyamuk penting. Juga bagaimana menjaga daya tahan tubuh karena musim pancaroba biasanya orang gampang flu," kata Imran dalam diskusi tentang pencegahan DBD di Jakarta, Ahad (5/11/2023).

Baca Juga

Imran mengatakan, sampai bulan November 2023, tercatat ada 70.600 kasus DBD di seluruh Indonesia dan masih ada sekitar 506 kematian.

Pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan 3M (menguras, menutup, mengubur) bisa menjadi upaya menekan angka kematian akibat DBD yang ditargetkan menjadi nol kematian pada 2030.

Ia mengatakan penyakit DBD adalah virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Lebih dari separuh kasus DBD adalah tidak bergejala. Di musim yang memasuki penghujan, dikhawatirkan tempat penampungan air yang tidak dibersihkan akan menjadi sarang nyamuk yang membawa virus DBD.

Selain itu, perilaku nyamuk juga bisa menyebabkan tingginya angka kasus kejadian DBD karena pada suhu panas, nyamuk akan lebih sering menggigit sebanyak dua kali sehari. Sedangkan pada suhu rendah, nyamuk menggigit lima hari sekali.

Dari sini, Imran mengingatkan untuk melakukan kampanye 3x10, yaitu setiap hari Minggu luangkan 10 menit pada jam 10 pagi untuk melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk di rumah seperti baju yang digantung, dan dispenser selama 10 pekan.

"Tujuannya agar sarang nyamuk hilang, karena siklus telur nyamuk 3-4 minggu, jadi kalau 10 minggu berturut-turut diharapkan nyamuk tidak sempat bertelur," ucap Imran.

Selain itu, cara lainnya untuk membantu menurunkan angka kasus adalah mencegah penularan dan jangan sampai terlambat membawa ke fasilitas kesehatan agar tidak menjadi gawat.

Jika telat ditangani, penyakit DBD akan lebih sulit di sembuhkan dan darah akan semakin mengental sehingga jantung gagal memompa darah. "Kalau sudah dehidrasi ginjal terganggu maka harus cuci darah," tambahnya.

Seiring banyaknya inovasi pengobatan, Imran mengatakan saat ini dokter sudah bisa lebih dini mendiagnosis penyakit DBD dengan rapid test pengambilan darah. Sehingga lebih mudah mendiagnosis DBD mulai dari tidak ada gejala sampai pada gejala berat, untuk menurunkan angka kematian.

Vaksinasi juga sudah tersedia di seluruh fasilitas kesehatan terdekat dan masyarakat diimbau untuk melaksanakannya untuk bersama membantu Indonesia nol kematian akibat DBD.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement