Senin 16 Oct 2023 10:09 WIB

Sabhra-Shatila di Lebanon Selatan: Israel Bisa Menang Perang Bila Orang Palestina Tumpas!

Kisah Pengungsi Palestina Sabhra-Shatila Lestarikan Sikap Anti Israel dan Amerika

Rep: uba/ Red: Muhammad Subarkah
 Sabra dan Shatila refugee Kamp Pengungsi Palestina di Beirut Lebanon, Februari 2018.
Foto: dreamstime.com
Sabra dan Shatila refugee Kamp Pengungsi Palestina di Beirut Lebanon, Februari 2018.

Mungkin para generasi Z tidak tahu kekejaman apa yang terjadi di kamp pengungsi Palestina di Lebanon Selatan, yakni Sabhra-Shatila. Ini masuk akal karena peristiwa itu terjadi pada awal tahun 1980-an, tepatnya sekitar tahun 1982. Saat itu tanpa 'babibu' tiba-tiba rudal dan pesawat terbang Israel menghantam kamp pengungsian itu.

Luluh lantaknya kamp Sabhra-Shatila masih terjejak ketika beberapa tahun lalu ke sana. Beberapa gedung yang runtuh masih dibiarkan berdiri. Bahkan, di dalam kawasan kamp itu masih terdapat pemakaman para syuhada yang menjadi korban serbuan Israel itu.

Baca Juga

Memang kalau dilihat dari depan, kamp pengungsian tampak biasa saja. bahkan seperti rumah susun. Tapi di dalamnya banyak ditemukan nestapa. Banyak sekali orang tua, anak-anak, dan wanita yang tinggal di sana. Sementara anggota keluarganya yang dewasa banyak yang sudah tidak tinggal di sana. Mereka mencari nafkah ke Eropa. Salah satu yang terbanyak adalah Jerman.

Maka tak bisa dibantah menjalani hidup di dalam kamp itu sangat susah. Untunglah keamanan dan penghidupan mereka bisa dijamin para anggota Hizbullah sebagai penguasa kawasan Lebanon selatan.

Memang mereka punya aliran Islam para anggota Hizbullah Syiah. Ini terlihat dari gaya hijab pakaian perempuannya yang berwarna hitam yang menutup tubuh. Namun, bagi penghuni kamp tersebut tak menjadi soal. Banyak yang mengaku berbeda mahzab atau bukan penganut syiah. Namun, mereka bersikap lapang dan tak mempermasalahkannya.

--baca tulisan di halaman berikutnya!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement