Senin 16 Oct 2023 10:09 WIB

Sabhra-Shatila di Lebanon Selatan: Israel Bisa Menang Perang Bila Orang Palestina Tumpas!

Kisah Pengungsi Palestina Sabhra-Shatila Lestarikan Sikap Anti Israel dan Amerika

Rep: uba/ Red: Muhammad Subarkah
 Sabra dan Shatila refugee Kamp Pengungsi Palestina di Beirut Lebanon, Februari 2018.
Foto:

Sedangkan bila menengok bagaimana ghirah perlawanan kepada Israel dan Amerika Serikat dieksiskan, sekaligus diturunkan kepada generasi mudanya, ini gampang dilihat dari suasana perkantoran yang berada di kawasan Lebanon Selatan tersebut. Bendera Amerika gampang ditemukan dijadikan alas kaki (keset) di pintu masuk ruangan. Gambar sapu tangan pembersih di toilet juga memakai lambang itu.

Bagaimana sikap ini di tempat pendidikannya? Yang saya lihat ketika berkunjung ke taman kanak-kanak di Sabhra dan Shatila, terpampang dengan jelas di dinding gambar wilayah Palestina yang masih utuh, yakni sebelum kaum Zionies Israel datang ke wilayah itu.

Suasana mencengangkan kemudian terlihat dengan aneka gambar anak-anak yang dipajang di dinding tempat pendidikan anak usia dini tersebut. Melalui gambar anak-anak menggunakan media pensil dan crayon, terpampang aneka gambar penuh warna-warni tank, pistol, pelempar granat, dan suasana pertempuran lainnya.

Melihat itu semua jelas terlihat semenjak anak-anak, para orang Palestina sudah terbiasa dengan segala hal yang berbau peperangan. Secara psikologis, semenjak masa kecil mereka telah tertanam kesadaran yang menganggap perang dengan Israel dan Amerika Serikat sebuah hal biasa. Ledakan bom dan salak senapan tak membuat mereka takut.

Terbiasanya warga Palestina --yang saya lihat di Lebanon selatan akan suasana pertempuran dan salak senjata -- tampak jelas ketika mengantar serombongan orang yang mengantar jenazah ke pemakaman. Berbeda dengan Indonesia yang suasana pengantaran jenazah penuh haru dan kesedihan, di sana malah sebaliknya. Suasana takziah itu malah berlangsung penuh semangat. Yel-yel dan teriakan zikir terdengar keras dan bertalu.

Yang paling mengagetkan adalah di tengah suasana duka itu, malah kerap terdengar tembakan. Beberapa pria yang mengantar jenazah saat itu menembakkan senjata ke udara. Ini terlihat dari gagang acungan banyak senjata jenis AK-17 yang terkenal itu. Tak cukup sekali, senjata buatan Rusia ini ramai dan berkali-kali ditembakkan ke udara di tengan perjalanan iringan jenazah yang memakai keranda terbuka.

Jadi jelaslah sekarang, bagi orang Palestina dan para anggota Hizbullah di Lebanon Selatan, perang bukan hal yang menakutkan. Perang, bom, roket, pistol, dan AK-17 adalah hal biasa, seperti petani di Jawa yang akrab dengan cangkulnya.

Dengan demikian, entah sampai kapan suasana kekerasan dan perang bagi orang Palestina akan hilang? Bagi mereka perang layaknya sebuah permainan belaka. Orang terbunuh, luka, dan menderita akibat perang adalah kenyataan sehari-hari yang dialaminya.

Kalau begitu, mungkinkah Israel akan memenangkan perang? Jawabnya, menang dalam pertempuran memang bisa diraih, tetapi menang dalam perang tak mungkin akan Israel raih. Kecuali, itu bisa terjadi bila seluruh orang Palestina binasa...!

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement