Senin 16 Oct 2023 10:09 WIB

Sabhra-Shatila di Lebanon Selatan: Israel Bisa Menang Perang Bila Orang Palestina Tumpas!

Kisah Pengungsi Palestina Sabhra-Shatila Lestarikan Sikap Anti Israel dan Amerika

Rep: uba/ Red: Muhammad Subarkah
 Sabra dan Shatila refugee Kamp Pengungsi Palestina di Beirut Lebanon, Februari 2018.
Foto:

Lalu bagaimana cara para pengungsi dan anggota Hizbullah mengeksiskan secara terus-menerus 'ghirah' perlawanannya kepada Israel dan Amerika Serikat. Semua tahu mendiang pemimpin spritual Syiah semasa revolusi Iran, Iman Khoemeni, mengatakan 'Amerika adalah setan besar'. Ini dinyatakannya karena kala itu pihak Amerika lebih dahulu menuduh Iran adalah setan besar yang harus dilenyapkan.

Dan tuduhan itu makin eksis beberapa tahun ke depan, terutama melalui perang urat syaraf kalangan barat yang menyokong habis penulis India yang tinggal di Inggris (kini di Amerika), Salman Rhusdi. Dialah yang menulis penghinaan dengan maksud meruntuhkan reputasi Islam yang dirisalahkah Nabi Muhammad SAW melalui novel 'Ayat Ayat Syetan'. 

Kebencian kepada Amerika Serikat dan Israel itulah yang terasa di kawasan yang terletak di Lebanon Selatan, yang menjadi lokasi kamp Sabhra dan Shatila tersebut. Berbeda dengan daerah Lebanon utara yang beroma sekuler-barat, di Lebanon Selatan bernuansa penuh perjuangan Islam.

Di kawasan Lebanon utara, pinggiran jalannya terbiasa dengan gambar perempuan cantik berbusana minim, di kawasan pantainya penuh tempat hiburan (bar), tetapi sekaligus juga terlihat patung raksasa Yesus Kritus yang bertengger di atas bukit, di Lebanon selatan sebaliknya. Poster gambar Imam Khomeni dan pemimpin Hizbullah mudah terlihat. Gambar mereka bersanding dengan poster-poster politik. Jadi kawasan utara dan selatan nuansanya berbeda sangat kontras.

--baca tulisan di halaman berikutnya!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement