Senin 02 Oct 2023 14:19 WIB

Tak Hujan 61 Hari, BBMKG Petakan 5 Wilayah di Bali yang Masuk Status Awas Kekeringan

Di Denpasar, sudah tidak turun hujan minimal 61 hari berturut-turut.

Para petani di tengah sawah yang mengering (ilustrasi). BBMKG Denpasar memetakan lima wilayah di Bali masuk status Awas Kekeringan.
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Para petani di tengah sawah yang mengering (ilustrasi). BBMKG Denpasar memetakan lima wilayah di Bali masuk status Awas Kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, DENPASAR -- Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar memetakan lima wilayah di Bali masuk status awas kekeringan. Pasalnya di sana sudah tidak ada hujan minimal 61 hari berturut-turut.

“Sudah lebih dari 61 hari tidak ada turun hujan,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Bali, Senin (2/10/2023).

Baca Juga

Lima wilayah di Bali yang masuk status awas kekeringan itu, yakni mayoritas di Kabupaten Buleleng meliputi Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Sawan, dan Kubutambahan. Sedangkan satu kecamatan berada di Kabupaten Karangasem, yakni Kecamatan Kubu.

Ada pun Kecamatan Kubu menjadi kecamatan di Bali yang jumlah hari tidak ada hujan paling lama, yakni mencapai 90 hari. Meski status awas kekeringan, BMKG memperkirakan kemungkinan masih dapat terjadi hujan, tapi dengan curah hujan minim, yakni kurang dari 20 milimeter per 10 hari.

Sementara, tujuh wilayah di Bali masuk status siaga kekeringan, yakni Kecamatan Kintamani, Karangasem, Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan, Nusa Penida, dan Denpasar. Adapun jumlah hari tanpa hujan mencapai minimal selama 31 hari dengan kemungkinan masih dapat terjadi hujan mencapai kurang dari 20 milimeter per 10 hari.

Sementara itu ada lima wilayah yang masuk status, waspada kekeringan yakni Kecamatan Melaya di Kabupaten Jembrana dan sisanya di Kabupaten Buleleng, yakni Kecamatan Seririt, Busungbiu, Banjar dan Tejakula. Untuk status waspada itu, jumlah hari tanpa hujan minimal mencapai 21 hari dengan peluang kemungkinan terjadi hujan kurang dari 20 milimeter per 10 hari.

Pihaknya meminta masyarakat mewaspadai status kekeringan itu, karena berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sebelumnya BBMKG Denpasar memperkirakan puncak musim kemarau di Bali terjadi pada Juli-Agustus 2023 yang dipengaruhi fenomena El Nino.

Berdasarkan analisis BMKG apabila mencapai angka lebih dari 1 merupakan intensitas moderat dan akan semakin kering. Kondisi El Nino diperkirakan mencapai 1,01 pada periode Juni, Juli, Agustus (JJA) 2023, kemudian meningkat lagi pada periode Juli, Agustus, dan September 2023 (JAS), serta Agustus September Oktober (ASO) mencapai 1,10. Kemudian berangsur menurun hingga November, Desember, dan Januari (NDJ) mencapai 0,92.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement