Selasa 26 Sep 2023 10:03 WIB

Ganjar, Prabowo, Anies: Sengkarut Gagasan Poros Koalisi dan Negosiasi Politik

Bukan elektabilitas, Gagasan seharusnya kini jadi bahan dikedepankan dalam Pilpres

Memasukan kartu pilihan di kotak suara. (ilustrasi).
Foto:

Menegosiasikan Koalisi Gagasan

Pertarungan pengaruh di level elite politik sering kali lebih mendominasi dari pertarungan substantif para kandidat yang berkontestasi. Alhasil, alih-alih fokus menawarkan program ke publik, namun justru energi tersita dengan meyakinkan para king maker. Lebih lanjut, sejumlah pihak juga saling berperang narasi dengan membangun opini publik yang multitafsir.

Persoalannya, dinamika proses negosiasi politik tidak sepenuhnya dipahami masyarakat. Apakah itu riil atau sekedar gimmick, sementara publik menganggap semua akrobat politik serius, sehingga menyulut emosi yang berpotensi menimbulkan chaos.

Sudah waktunya panggung demokrasi diisi dengan negosiasi yang melahirkan koalisi gagasan bukan sekedar partisan. Publik tidak hanya diajak ke sana ke mari mengikuti ritme dan kehendak elite, tetapi dibuka kran untuk melakukan uji gagasan terhadap para kandidat capres atau cawapres.

Dalam konteks ini, Kuliah Kebangsaan yang diselenggarakan FISIP UI atau Dialog Kebangsaan yang diadakan oleh UGM dengan mengundang para capres potensial untuk menyajikan sudut pandangannya merupakan contoh yang bagus. Kampus memang bukan tempat kampanye, melainkan kampus adalah bagian dari rumah demokrasi. 

Dinamika poros koalisi sudah semestinya dibangun secara demokratis. Interaksi dan interdependensi antar elite, parpol, dan publik selalu berkembang.

Menegosiasikan koalisi gagasan menjadi harapan bersama untuk memastikan bahwa segala bentuk kerja sama politik bertujuan memenangkan rakyat dan meloloskan kandidat terbaik di bursa elektoral.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement