REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana pemisahan fungsi media sosial (medsos) dan e-commerce mendapatkan tentangan dari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan kreator lokal. Pasalnya, mereka selama ini telah menggantungkan hidupnya dengan beraktivitas di social commerce.
Sehingga, ketika wacana pemisahan platform digital tersebut digaungkan oleh pemerintah maka UMKM dan kreator lokal melihatnya sebagai sebuah kemunduran. Salah satu UMKM lokal yang kecewa dengan wacana itu adalah pasutri pemilik brand lokal Floral.id yang berbasis di Bogor.
Baik Resya Mawaranti dan Dino Angga Ramadani menganggap, pemerintah seharusnya mendukung dan memberikan edukasi cara memaksimalkan social commerce untuk platform jualan, bukan malah mengubah regulasi yang tidak perlu.
"Sejak pandemi, saya bergabung ke Tiktok Shop karena sering mendengar imbauan pemerintah yang mengatakan 'jika UMKM mau naik kelas maka harus menguasai digitalisasi'. Makanya, ketika Tiktok Shop tidak boleh dijadikan platform jualan, itu saya sebut sebuah kemunduran," ujar Dino bersama Resya yang merintis usaha sejak 2017 dalam siaran di Jakarta, Sabtu (23/9/2023).
Floral.id awalnya tidak memproduksi barang sendiri. Mereka berangkat dari bisnis reseller fashion. Lalu pandemi Covid-19 melanda. Dino dan Resya pun memutar otak, dan muncul ide memproduksi masker sendiri yang memang dibutuhkan banyak orang kala itu.
Dino dan Resya dulu juga belum mengerti dunia social commerce. Mereka mengawali bisnis daring dengan berjualan di Instagram dan Whatsapp. Namun, kata Resya, kecenderungan konsumen untuk batal membeli sangat besar karena harus berpindah-pindah aplikasi.
Tapi setelah bergabung di Tiktok Shop, hanya dengan satu platform mereka dapat menjalankan bisnisnya dengan mudah dan penjualan pun meningkat pesat. Bahkan sempat tembus hingga satu juta produk di social commerce tersebut. Saat ini, Floral memiliki sekitar 800 reseller di seluruh Indonesia.
"Dari hanya 35 karyawan, mereka kini mempekerjakan 165 karyawan yang semuanya adalah warga Jasinga, Bogor dan sekitarnya. Tak hanya diberdayakan untuk menjahit dan membuat produk fashion, mereka juga diajarkan supaya mandiri dengan berjualan melalui social commerce," ucap Dino.
Hendri, seorang kreator lokal di social commerce, juga menilai, Tiktok Shop merupakan platform digital favorit bagi kreator dan pebisnis kecil seperti dirinya. Pasalnya, penggabungan media sosial dan alat jualan membuat
proses transaksi lebih mudah.
"Saya awalnya hanya scroll-scroll Tiktok saja, seperti pengguna kebanyakan. Namun ketika saya bikin konten terkait ibu dan bayi, kok ya trafiknya langsung meningkat. Saya kemudian coba-coba gabung 'keranjang kuning' dan jualan perlengkapan ibu dan bayi," kata Hendri.
"Dari awalnya sekali live dapat ratusan ribu, saat ini setiap bulannya saya bisa menghasilkan satu sampai dua miliar," jelas pria asal Bandung yang bernama lengkap Hendri Alejandro.