Jumat 22 Sep 2023 13:13 WIB

AII Pertemukan Inventor dan Industri, Delapan Invensi Siap Komersialisasi

Komersialisasi invensi di bidang sawit butuh biaya, waktu dan tenaga

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit.  (ilustrasi) Asosiasi Inventor Indonesia (AII) menggelar seminar yang mempertemukan inventor dan industri guna hilirisasi invensi Grand Riset Sawit
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit. (ilustrasi) Asosiasi Inventor Indonesia (AII) menggelar seminar yang mempertemukan inventor dan industri guna hilirisasi invensi Grand Riset Sawit

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Asosiasi Inventor Indonesia (AII) menggelar seminar yang mempertemukan inventor dan industri guna hilirisasi hasil invensi Grand Riset Sawit (GRS) 2015-2021. Dari 17 invensi yang terpilih dalam GRS 2015-2021, ada delapan invensi yang menarik perhatian industri untuk ditindaklanjuti. Dari jumlah itu, ada tiga hingga empat invensi yang masuk ke tahap lebih serius.

"Meski serius, kedua belah pihak harus tetap menjaga rahasia. Karena prosesnya masih panjang. Masih perlu validasi teknologi, yang membutuhkan biaya, waktu dan tenaga," kata Ketua Umum AII, Didiek Hadjar Goenadi, di Jakarta, Rabu (20/9/23).

Didiek menjelaskan, terdapat dua tahapan yang harus dilakukan agar sebuah invensi siap dihilirisasikan. Pertama, peningkatan kemampuan dari skala riset yang dihasilkan inventor. Jika kondisi yang optimal sudah diperoleh, lalu dilakukan lagi peningkatan kemampuan ke tingkat komersialisasi bersama industrinya.

"Tahap selanjutnya adalah market trial untuk melihat penerimaan produk di pasaran. Sambil terus mengembangkan marketing komunikasinya agar produk bisa diterima pasar," ujar dia.

Soal biaya yang dikeluarkan pada proses peningkatan kemampuan dan percobaan pasar, Didiek mengatakan, hal itu bisa dibicarakan. Apakah kemudian itu ditanggung sepenuhnya oleh industri atau ditanggung industri 50 persen dan 50 persen pihak ketiga.

"Jika angkanya tidak terlalu besar, AII akan memberi bantuan pendanaan," kata Didiek.

Didiek mengatakan, sementara ini belum ada investor yang mengundurkan diri setelah percobaan pasar atau market trial dilakukan. Tetapi, kata dia, memang ada sedikit hambatan yang membuat proses komersialisasi berjalan lambat.

"Inventor mengasumsikan bahan baku dari material kelapa sawit mudah didapat, ternyata di lapangan sulit diperoleh jika jumlahnya sangat besar. Nah, AII akan menjembatani dengan menghubungi regulator terkait kesediaan bahan bakunya," kata dia.

Begitu pun proses pemanfaatan limbah kelapa sawit. Menurut dia, proses tersebut ternyata tidak mudah untuk bisa mendapatkan limbahnya. Dia menerangkan, ada regulasi yang melarang limbah keluar dari kebun. Limbah digunakan untuk kebutuhan lain.

"Hal-hal semacam ini diurus oleh AII sebagai jembatan. Bagaimana bahan baku bisa tersedia untuk tahap komersialisasinya," ujar dia.

Seminar tersebut turut menghadirkan Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim; Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat M Sinaga; Direktur Teknik dan Operasi PT Hakaaston (HKA), Martin Nababan; Dirut PT Panah Perak Megasarana (PPM), Agussalim Igarashi; dan Manager Goverment Relations and Suistainability PT PAN Brothers, Rizal Tanzil Rakhman.

Sahat Sinaga menuturkan, riset tentang kelapa sawit menjadi penting karena Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Kelapa sawit termasuk ke dalam lima produk yang menyumbang 25 persen total GDP Indonesia selain kopi, karet, gula, dan cokelat.

"Sayangnya, dunia Barat membuat kampanye kotor tentang kelapa sawit. Padahal sawit ini, selain dibuat untuk minyak goreng juga bermanfaat untuk bahan bakar kendaraan biodiesel," kata Sahat.

Hal senada dikemukakan Direktur Penyaluran Dana, BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim. Pihaknya mendukung pengembangan riset kelapa sawit melalui Program Grand Riset Sawit (GRS). Sejak digulirkan tahun 2015 hingga 2023, ada lebih dari 200 hasil riset siap dihilirisasi. 

"GRS 2024 akan kami buka pada Desember 2023 hingga Februari 2024. Jika ada inventor yang tertarik, silakan persiapkan dokumennya dari sekarang," ujar Zaid seraya menambahkan BPDPKS juga memiliki kompetisi riset sawit untuk mahasiswa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement