Kamis 14 Sep 2023 21:14 WIB

Universitas Lampung Larang Rocky Gerung Jadi Pembicara di Kampus, Diskusi Pindah

Rocky Gerung tegaskan kebebasan akademis di kampus harus diloloskan.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Teguh Firmansyah
Pengamat Politik Rocky Gerung.
Foto:

Pada bagian lain, Rocky menanggapi program pemerintah dengan menghidupkan industri lingkungan hijau melalui kendaraan listrik. Menurut dia, untuk penghijauan lingkungan memang baik dengan kendaraan listrik, namun dalam penyediaan baterai dan batubara untuk daya listrik tersebut bukankah akan menghasilkan polusi juga. “Jadi jangan heran, bertambah kendaraan listrik, justru akan menambah jumlah polisi di lingkungan kita,” kata Rocky.

Dia memaparkan, pada pertemuan pemimpin negara G-20, Indonesia menyatakan tidak ingin ditekan dengan menggalakkan energi terbarukan. Padahal, semua tahu tidak ada energi lain yang digunakan yakni selain menggunakan batubara.

Narasumber lain, Pengamat Hukum Reffly Harun menyoroti pelaksanaan pemilu tahun 2024. Menurut dia, praktek penyelenggaraan pemilu 2024 telah dapat dideteksi akan terjadi pengkodisian dari berbagai level. Menurut dia, pelaksanaan pemilu 2024 sudah terlihat ada masalah dari penyelenggara, pengawas, dan juga pihak terkait lainnya.

“Pemilu kali ini seperti air comberan, semua sudah bermasalah dari hulunya, penyelenggara dan pengawas bermasalah,” kata Reffly Harun.

Ketua BEM FEB Unila Reza Pratama mengatakan, persiapan diskusi publik tersebut dilakukan sejak sebulan lalu. Namun seiring perjalanan diskusi publik yang menghadirkan Rocky Gerung dan Reffly Harun tersebut mendapat tekanan dan penolakan dari rektorat Unila dan dekanat FEB Unila. “Kami ini hanya menggelar diskusi publik, bukan kampanye, apalagi ada unsur tekanan atau pihak yang intervensi,” kata Reza.

Menurut dia, penolakan dan tekanan dari pimpinan tertinggi Unila dan fakultas terkait dengan kedatangan nara sumber yang dinilai berseberangan dengan pemerintah. Dia mengatakan pihak dekanat FEB dinilai sudah intervensi dengan kegiatan yang digelar mahasiswa.

Diskusi publik ini, menurut dia, sebagai wadah mahasiswa berkreativitas dan bersumbagsih kepada negara di dalam kampus. Sedangkan lingkungan kampus sebagai ajang atau tempat diskusi, yang melahirkan kebebasan akademik yang bertanggung jawab. “Ini agenda akademik, bukan agenda politik atau kampanye,” kata Reza.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement