Rabu 13 Sep 2023 09:36 WIB

Si Losbak Hitam Pembawa Air Bersih yang Dinanti Warga Desa Ciampea

Mobil losbak milik Kepala Desa Ciampea ini berkeliling desa dari kampung ke kampung.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Erik Purnama Putra
Warga mengambil air bersih dari losbak yang disediakan Pemerintah Desa Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Foto: Republika.co.id/Shabrina Zakaria
Warga mengambil air bersih dari losbak yang disediakan Pemerintah Desa Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, "Air! Air! Air!" teriakan pengemudi mobil losbak hitam membangkitkan semangat warga Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Mobil losbak berwarna hitam itu berkelok-kelok masuk ke gang di Kampung Pabuaran, Desa Ciampea. Pada bak terbuka di belakangnya, terdapat sebuah kempu atau tempat penyimpanan bermuatan 1.000 liter.

Setiap hari, mobil losbak milik Kepala Desa Ciampea ini berkeliling desa dari kampung ke kampung untuk mendistribusikan air bersih. Sebelum musim kemarau, mobil losbak digunakan untuk membawa material bahan bangunan. 

Tak ayal, hampir seluruh bagian mobil tertutupi cipratan adukan semen kecuali di bagian kabinnya. Meski bentuknya tak lagi elok, mobil losbak hitam ini sangat dinanti oleh warga Desa Ciampea. 

Di dalam kempu yang dibawa mobil losbak hitam ini, berisi benda yang sangat dinanti warga Desa Ciampea selama dua bulan belakangan ini. Tidak lain dan tidak bukan yaitu air bersih. Pada kempu itu terdapat spanduk kecil bertuliskan 'Distribusi Air Bersih'.

Setiap pagi, kempu tersebut diisi air bersih yang berasal dari sumur bor di Kantor Desa Ciampea. Setelah terisi penuh, baru mobil losbak hitam ini berkeliling Desa Ciampea menuju lokasi pendistribusian air bersih.

Pada Selasa (12/9/2023) siang, losbak itu berhenti di depan rumah Ketua RT 04, RW 03, Kampung Pabuaran, Desa Ciampea. Para petugas Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) Desa Ciampea pun memanggil ibu-ibu yang tengah bersantai di teras rumahnya.

"Air bu, air, air!!!" para petugas Satlinmas teriak sambil berkeliling.

Para ibu itu pun bergegas masuk ke dalam rumah, mengambil berbagai wadah yang bisa digunakan untuk mengambil air bersih. Mereka pun berduyun-duyun lari ke tempat mobil losbak hitam itu berhenti.

Nurhayati, salah satunya. Wanita berusia 32 tahun ini bolak balik dari rumahnya ke mobil losbak distribusi air bersih, sambil membawa berbagai wadah. Jeriken, ember, hingga galon-galon bekas.

Sumur di rumahnya selama dua bulan terakhir tak lagi mengeluarkan air. Bahkan setetes pun tak ada yang bisa ia gunakan untuk mandi, mencuci, dan berwudhu.

Sebelumnya, ia dan warga sekitar masih bisa memanfaatkan air yang ada di sumur umum. Namun, sumur umum tersebut juga bernasib sama lantaran lama kelamaan debit airnya semakin berkurang.

Ketika ketua RT melalui grup Whatsapp bahwa akan datang distribusi air bersih, Nurhayati pun menantinya dengan gembira. Begitu suara petugas Satlinmas menggaungkan kedatangan air bersih, ia dan warga lain langsung berlari dengan suka cita.

Menurut dia, kekeringan yang melanda tahun ini lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. Air yang diambilnya dari mobil distribusi air bersih itu pun hanya bertahan sekitar dua hari untuk memenuhi kebutuhan dasar.

"Sama sekali nggak ada air setetes pun. Sempat hujan, tapi nggak banyak jadi nggak mungkin mengisi sumur. Alhamdulillah dibantu dari losbak ini," katanya kepada Republika.co.id di Kabupaten Bogor, Selasa (12/9/2023).

Sekitar 45 menit kemudian, air bersih sebanyak 1.000 liter itu habis diserbu warga. Mobil losbak hitam itu kemudian kembali ke Kantor Desa Ciampea, untuk kembali diisi ulang dan menyalurkan air bersih ke kampung lain.

Kepala Desa Ciampea, Suparman, mengatakan kekeringan di Desa Ciampea hampir rata melanda 11 kampung di sana. Setidaknya, hampir 13.000 warga terdampak kekeringan tahun ini dengan kondisi terparah berada di Kampung Pabuaran, Kampung Gedong, Kampung Kebon Kopi, dan lainnya.

Ketika dua bulan terakhir hujan tidak turun, Pemerintah Desa Ciampea pun bersiap menghadapi bencana kekeringan yang selalu melanda setiap tahun. Sumur-sumur warga yang mengering membuat warga kesulitan mendapat air untuk kebutuhan dasar seperti mandi, mencuci, dan minum. 

Beruntung, lahan pertanian di Desa Ciampea hanya menanam singkong, jagung, dan ubi jalar yang masih bisa bertahan di tengah musim kemarau.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Suparman pun mengerahkan si mobil losbak hitam yang selalu menjadi andalan setiap musim kemarau. Dalam sehari, mobil ini bisa mendistribusikan air bersih ke warga Desa Ciampea sebanyak 20 ribu liter.

Air bersih tersebut disalurkan ke rumah-rumah warga Desa Ciampea mulai dari pagi hingga malam hari. Ukuran mobil yang tidak terlalu besar membuat mobil bisa masuk ke gang-gang, sehingga warga tidak perlu berjalan jauh.

Sedangkan, mobil tangki air yang biasa dibawa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor tidak bisa menjangkau pelosok desa. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan Pemerintah Desa Ciampea tetap meminta bantuan air bersih ke BPBD.

"Mobil kecil bisa masuk pelosok-pelosok, tapi kalau mobil tangki tidak bisa. Warga nanti jauh bawainnya. Tapi kalau warga masih teriak-teriak minta air, tidak menutup kemungkinan telepon BPBD," kata Suparman.

Agar pendistribusian air bersih lebih terkoordinasi, Pemerintah Desa Ciampea memiliki grup Whatsapp bersama para ketua RT dan RW. Dari grup WhatsApp itu, bisa dilihat wilayah mana saja yang belum terjamah air bersih.

Sekretaris Desa Ciampea Ahmad Daenuri, mengatakan mobil losbak hitam pendistribusi air bersih itu harus selalu siap sedia. Meski bisa meminta bantuan BPBD, namun warga masih harus menunggu lantaran BPBD tentu tidak hanya mengantar air ke Desa Ciampea saja.

Dalam data BPBD Kabupaten Bogor, sejak awal Mei hingga September 2023, ada 123 desa dari 30 kecamatan se-Kabupaten Bogor terdampak bencana kekeringan. Dalam kurun waktu tersebut, BPBD Kabupaten Bogor telah menyalurkan dua juta lebih liter air bersih ke daerah-daerah tersebut.

Mengingat kebutuhan air bersih warga masih terus berlanjut, Pemerintah Desa Ciampea kini mengandalkan si mobil losbak hitam ini.

"Kami menyalurkan dalam sehari bisa 20 ritase. Satu ritase bawa 1.000 liter. Berputar aja di desa dari pagi sampai malam, kan air dibutuhkan terus dari pagi, siang, sampai malam," kata Dani, sapaannya.

Kasatlinmas Desa Ciampea, Muhammad Hada Ali Suhali, menjadi salah satu orang yang menjadi kunci pendistribusian air bersih. Ali mengkoordinasikan pendistribusian air bersih ini dengan para RT/RW agar tidak ada ketimpangan.

Warga Desa Ciampea yang juga dikoordinasikan oleh RT/RW setempat pun paham mana air yang disalurkan untuk daerahnya, dan mana yang bukan. Sehingga tidak ada aksi 'pembegalan' air bersih di tengah jalan.

Pada awal kekeringan melanda, Ali dan timnya mendistribusikan air bersih ke warga hanya sebanyak sekitar 3.000 hingga 5.000 liter per hari. Namun, kondisi kekeringan yang makin parah membuat kebutuhan air bersih meningkat hingga 15 ribu sampai 20 ribu per hari.

Jika kondisi kampung tengah ramai, menurut Ali, satu kempu berisi 1.000 liter air bersih bisa ludes dalam waktu kurang dari 30 menit. Bahkan, Satlinmas Desa Ciampea juga sempat menerima kebutuhan air mendadak untuk memandikan jenazah.

Dalam dua bulan ini, terhitung sudah tiga kali Satlinmas Desa Ciampea menyalurkan air bersih untuk memandikan jenazah. Bahkan panggilan itu datang ketika pihaknya tengah menyalurkan air bersih di tengah permukiman warga.

"Waktu itu pernah warga izin ditinggal, untuk memandikan jenazah dulu. Baru kita balik lagi, kita salurin air bersih lagi," ucapnya.

Apabila bencana kekeringan ini berlanjut, Pemerintah Desa Ciampea berencana menambah armada pendistribusian air bersih lagi. Agar warga bisa mendapat air bersih secara merata.

Pemerintah Desa Ciampea juga berencana menambah sumur bor baru, serta pipanisasi. Untuk mengantisipasi bencana kekeringan di tengah musim kemarau yang selalu hadir setiap tahun.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement