REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengkampanye polusi dan perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Abdul Ghofar mengungkapkan, ada sedikit perbaikan kualitas udara atas dampak terselenggarannya KTT ke-43 ASEAN di Jakarta pada 5-7 September 2023. Hal itu lantaran sebagian kantor dan sekolah membatasi aktivitasnya sehingga berdampak berkurangnya polusi udara.
Melihat keberhasilan itu, Ghofar menunggu konsistensi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dalam upaya pengendalian pencemaran udara tanpa adanya event internasional. Hal itu lantaran pengendalian polusi udara sebenarnya bisa dilakukan.
"Kebetulan saya sering cek berkala di IQ Air, yang selama penyelenggaraan KTT ASEAN 5-7 September memang di waktu tertentu dan titik tertentu parameter kualitas udaranya sedikit lebih baik ya," kata Ghofar kepada Republika.co.id di Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Mengutip dari data IQ Air, Ghofar menjelaskan, jika biasanya angka indeks kualitas udara di Jakarta bergerak di angka 150-170 IQ US, pada waktu terselenggaranya KTT ASEAN, angkanya bisa menyentuh 120 IQ US. Diketahui, angka 0-50 IQ US merupakan kategori kualitas udara baik dan 51-100 masuk kategori sedang.
Adapun angka 101-50 merupakan kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif, dan 151-200 merupakan kategori kualitas udara tidak sehat. Selama berlangsungnya KTT ASEAN di Jakarta, terbukti polusi berkurang.
"Biasanya merah 150—170, tapi di waktu tertentu dan area tertentu, khususnya di dekat-dekat venue KTT ASEAN cukup baik sih, bisa 80-120. Jadi, sempat turun lumayan, tapi enggak lama jadinya kayak tiba-tiba sedikit membaik saat penyelenggaraan, lalu kembali ke situasi semula," tutur Ghofar.
Menurut Ghofar, hal itu menunjukkan ada dampak pada kualitas udara dengan dilakukannya intervensi di sektor transportasi. Dia menyebut, Pemprov DKI memang melakukan berbagai upaya dalam rangka menyukseskan KTT ASEAN, seperti work from home (WFH), pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi anak sekolah, dan rekayasa lalu lintas.
Namun, menurut Ghofur, hal itu tidak sepenuhnya kontribusi sektor transportasi. Sektor lainnya, seperti industri juga berpengaruh dalam perbaikan kualitas udara itu. Di antaranya, pemberhentian operasional PLTU Suralaya 1-4 di Cilegon, Provinsi Banten, serta penegakan hukum bagi sejumlah perusahaan industri yang melanggar.
Selain itu juga dilakukan upaya mengimplementasikan teknik modifikasi cuaca (TMC). "Jadi, saya pikir effort yang dilakukan menjelang dan selama KTT ASEAN cukup banyak dan tidak hanya menyasar transportasi. Hampir semua sektor dikerjakan tapi pertanyaan kritisnya, setelah KTT apakah akan sama atau enggak effortnya?" ujar Ghofar.