Jumat 08 Sep 2023 07:42 WIB

Isu Myanmar tak Teratasi, Jokowi: Ciptakan Perdamaian Butuh Waktu Panjang

Presiden Jokowi sebut soal perdamaian di Myanmar membutuhkan waktu yang panjang.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Jokowi saat membuka KTT ASEAN. Presiden Jokowi sebut soal perdamaian di Myanmar membutuhkan waktu yang panjang.
Foto: Dok. Laily Rachev - Biro Pers
Presiden Jokowi saat membuka KTT ASEAN. Presiden Jokowi sebut soal perdamaian di Myanmar membutuhkan waktu yang panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, ASEAN akan terus melanjutkan upayanya untuk dapat mengatasi krisis di Myanmar. Menurutnya, upaya untuk menciptakan perdamaian selalu butuh waktu yang panjang.

Jokowi mengungkapkan, selama keketuaan Indonesia, ASEAN telah melakukan 145 keterlibatan dengan 70 pemangku kepentingan di Myanmar. Dia mengklaim, kepercayaan di antara para pihak di Myanmar mulai tumbuh.

Baca Juga

“Ini akan kita lanjutkan. Memang untuk menciptakan perdamaian selalu butuh waktu yang panjang,” ucap Jokowi saat memberikan keterangan pers sesuai acara penutupan KTT ASEAN ke-43 di JCC, Senayan, Kamis (7/9/2023).

“Tapi tidak apa, kita harus terus melakukan, kita harus terus berjuang. Dan ASEAN tidak akan tersandera oleh isu Myanmar. Kapal ASEAN harus terus melaju untuk mewujudkan perdamaian, mewujudkan stabilitas, kemakmuran,” tambah Jokowi.

Upaya ASEAN untuk menangani krisis politik di Myanmar memang belum mencapai hasil positif. Dalam KTT ASEAN ke-43 terungkap bahwa tidak ada kemajuan dalam pelaksanaan Lima Poin Konsensus (Five Points of Consensus), yakni formula dan pedoman yang disepakati ASEAN untuk mengatasi krisis di Myanmar.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengungkapkan, isu Myanmar dibahas dalam KTT ASEAN Sesi Retreat. “Para pemimpin meninjau implementasi Lima Poin Konsensus sesuai mandat KTT ASEAN ke-40 dan ke-41. Kesimpulannya, tidak ada kemajuan yang signifikan dalam implementasi Lima Poin Konsensus,” kata Retno kepada awak media di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (5/9/2023) lalu.

Menurut Retno, para pemimpin ASEAN memahami peliknya situasi terkait isu Myanmar. Kendati demikian, mereka tetap mengapresiasi Indonesia selaku ketua ASEAN tahun ini dalam mengupayakan penyelesaian krisis Myanmar.

“Bapak Presiden (Jokowi) menyampaikan tadi bahawa dalam sembilan bulan (keketuaan ASEAN), Indonesia telah melakukan 145 engagement. Ini adalah engagement paling banyak dan paling intensif yang pernah dilakukan oleh ASEAN,” ungkap Retno.

Dia menjelaskan, setelah melakukan diskusi di sesi Retreat, para pemimpin ASEAN memutuskan, Lima Poin Konsensus tetap menjadi rujukan utama dalam penanganan isu Myanmar. Para pemimpin ASEAN juga sepakat untuk membentuk troika yang terdiri dari ketua ASEAN saat ini, sebelumnya, dan yang akan datang.

“Keterwakilan non-politis Myanmar dipertahankan,” kata Retno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement