Selasa 05 Sep 2023 18:25 WIB

Pengamat: Nasib Cak Imin dan AHY Sama, yang Membedakan Ketegasan Mengambil Keputusan

Deklarasi Anies-Cak Imin dinilai menunjukkan kendali koalisi di tangan Surya Paloh.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus raharjo
Momentum deklarasi pasangan Anies Baswedan-Cak Imin sebagai capres dan cawapres, Sabtu (2/9/2023).
Foto: Republika/Alfian Choir Republika
Momentum deklarasi pasangan Anies Baswedan-Cak Imin sebagai capres dan cawapres, Sabtu (2/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Ray Rangkuti mengaku tidak terkejut Aagus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak terpilih sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan. Apalagi, Ray pernah memprediksi jika sampai Juli tidak ada deklarasi, AHY hampir dipastikan memang bukan cawapres Anies.

Menurut Ray, kondisi yang mengejutkan malah pilihan Anies yang jatuh kepada Cak Imin. Ia merasa, kejengkelan AHY dan Partai Demokrat ke Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) sebenarnya bisa dimengerti seperti kejengkelan Cak Imin dan PKB ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Baca Juga

"Sebetulnya, nasib Cak Imin dan AHY kurang lebih sama, yang berbeda Cak Imin tahu cepat mengambil keputusan. AHY seperti biasa ragu-ragu antara ke luar, tidak ke luar. Cak Imin begitu ada tawaran langsung pindah," kata Ray dalam diskusi yang digelar Para Syndicate, Selasa (5/9/2023).

Apalagi, ia mengingatkan, AHY sudah melakukan pertemuan dengan Puan Maharani yang sebenarnya sudah cukup bagus mengangkat daya tawarnya di KPP. Uniknya, AHY sendiri yang menenggelamkan daya tawar tersebut.

Sebab, setelah itu AHY malah menegaskan kesetiaan menjaga komitmen dan memasang baliho-baliho dirinya bersama Anies. Seharusnya, Ray merasa, AHY seharusnya bisa menjaga atau meningkatkan daya tawar tersebut.

Artinya, AHY seharusnya bisa membuat Anies mengejarnya, bukan malah mengesankan diri sebaliknya. Ray menilai, persoalannya, saat itu AHY cinta buta, saking cinta buta tidak ada alternatif skenario yang dipersiapkan.

"Menurut saya, sengaja, Anies maupun Nasdem mendeklarasikan pertengahan September. Yang sulit dipahami, AHY tidak membuat dirinya seolah berguna di Koalisi Perubahan, bermanfaat atau menjadi penentu di perubahan," ujar Ray.

Ray merasa, kondisi itu bisa dipahami membuat sakit hati dan memicu kekecewaan dari Partai Demokrat. Hal itulah yang mendorong kader-kader atau elite dari Demokrat menggunakan diksi seperti pengkhianatan.

Di sisi lain, ia melihat, apa yang disampaikan Anies membenarkan kalau dia memang tidak memegang penuh Koalisi Perubahan. Menurut Ray, semua ini mengonfirmasi kalau kendali sebenarnya ada di Surya Paloh.

"Sekalipun mereka berbusa mengatakan Anies diberi kesempatan menentukan siapa calon wakil presidennya, itu di depan mata kita, di belakang tentu saja di bawah kontrol Surya Paloh," kata Ray.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement