REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Plh Kepala Badan Geologi, Hermansyah menyatakan, gempa bumi magnitudo 7,1 pada Selasa (29/8/2023) dini hari tergolong gempa dalam karena berpusat di kedalaman 525 kilometer (km). Gempa ini juga terasa pada daerah luas karena kekuatannya cukup besar.
"Guncangan gempa bumi akan lebih terasa pada wilayah pantai Kalimantan Selatan, Pulau Madura, utara Jawa Bali, dan Nusa Tenggara," kata Hermansyah saat dikonfirmasi, Selasa (29/8/2023).
Menurut Hermansyah, wilayah pusat gempa pada umumnya merupakan morfologi dataran pantai, dataran, hingga dataran bergelombang dan perbukitan. Morfologinya tersusun oleh batuan berumur tersier yang berupa batuan sedimen, batu gamping, dan batuan rombakan gunung api.
Kemudian juga tersusun oleh endapan kuarter yang berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai dan batuan rombakan gunung api muda. Sebagian batuan berumur tersier tersebut telah mengalami pelapukan.
Endapan kuarter dan batuan berumur tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan. Oleh karena itu, situasi tersebut rawan guncangan gempa bumi.
Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas zona penunjaman. Hal ini terutama karena terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua Eurasia dan lempeng Samudra Indo-Australia. Situasi itu terjadi dengan mekanisme sesar normal dan berarah relatif barat barat laut dan timur tenggara.
Hingga laporan ini dibuat belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat kejadian gempa bumi tersebut. Namun, berdasarkan data BMKG, guncangan gempa bumi di Pulau Bali bagian utara, Lombok, dan sebagian Jawa Timur bagian utara terasa pada skala intensitas IV MMI. Sementara itu, Pulau Bali bagian selatan dan Jawa Timur bagian selatan terasa pada skala intensitas III MMI.
Merujuk data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah, sebagian tinggi dan rendah. Kejadian gempa bumi tersebut tidak menimbulkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut. Hal ini karena tidak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.
Hermansyah pun mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas BPBD setempat. Kemudian diharapkan tidak terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
Selain itu, masyarakat diminta tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan yang kekuatannya lebih kecil. Adapun wilayah yang terlanda guncangan gempa bumi seperti Jawa Timur, Bali dan Lombok memang tergolong rawan gempa bumi. Oleh karena itu, daerah-daerah tersebut direkomendasikan agar ditingkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural.
Hermansyah juga memperkirakan kejadian gempa bumi tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan. "Maksudnya seperti retakan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi," kata dia menambahkan.