Eriko pun berani mengajukan premis bahwa ada sepertiga pemilih yang sama sekali tidak mau mengikuti apa yang dipilih Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal itu hasil dari konsultasi DPP PDIP dengan Litbang Kompas yang belakangan merilis survei elektabilitas terbaru capres dan cawapres.
"Ada sepertiga, kurang lebih, 32-33 persen," kata Eriko.
Eriko melanjutkan, ada 2/3 pemilih yang memang sangat mengikuti apa yang dihendaki Presiden Jokowi dan ada lagi pemilih yang rasional. Dari 2/3 angkanya sekitar 18-19 persen mengikuti apapun yang diinginkan Presiden Jokowi.
"Angkanya 18-19 persen yang apa pun kata Pak Jokowi mereka mengikuti," ujar Eriko.
Kemudian, ada 49-50 persen mereka melihat apa yang disampaikan Jokowi baik, tapi mereka rasional untuk memilih. Artinya, orisinalitas, jati diri menjadi yang paling utama karena masyarakat sudah sangat cerdas.
Ia mengakui, dukungan Presiden Jokowi memang sangat penting karena ada 18-19 persen pemilih yang mengikuti keinginannya. Tetapi, itu tidak jadi optimal kalau 50 persen lebih pemilih rasional tidak mendukung.
Apalagi, Eriko mengingatkan, 81-82 persen masyarakat memang menganggap Jokowi merupakan sosok terbaik dan telah berhasil. Artinya, peran dari Presiden Jokowi memang sangat penting dan itu tidak bisa dipungkiri.
"Tapi, masyarakat rasional, rakyat rasional," kata Eriko.
Ia menegaskan, capres-capres pilihan rakyat nantinya tidak cuma sosok yang memiliki kemampuan meneruskan program-program Presiden Jokowi. Tapi, sosok yang yang bisa pula memenuhi ekspektasi dari masyarakat.
"Juga punya visi, punya misi yang bisa memenuhi ekspektasi rakyat," ujar Eriko.