Ahad 27 Aug 2023 20:33 WIB

Buntut Aksi Tolak Gubernur Sumbar, Presiden Mahasiswa UIN Bukittinggi Diancam Dibunuh

Peneror lewat pesan singkat WA meminta Zaki menghormati Gubernur Mahyeldi.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andri Saubani
Tangkapan Layar Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi mengusir Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi, dari acara Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) di Student Center UIN Bukittinggi, Selasa (22/8/2023).
Foto:

Dalam video tersebut, terlihat Mahyeldi sudah duduk di atas panggung di Student Center UIN Bukittinggi. Di gedung tersebut memang sudah ada ratusan mahasiswa baru yang terlihat memakai pakaian putih hitam. Lalu ada satu orang mahasiswa berorasi dan menolak kedatangan Mahyeldi. Selama mahasiswa tersebut berorasi, seluruh mahasiswa yang ada bersorak dan memberi tepuk tangan. 

Tidak terlalu jelas apa saja kalimat yang disampaikan orator di dalam video tersebut. Tapi di sisi lain, ada juga mahasiswa yang membentangkan spanduk bertuliskan 'Tuntaskan Isu PSN Pak Gub' dan tulisan 'HAM dilangkahi'. Pada bagian akhir video, terlihat beberapa orang yang diduga panitia acara memaksa mahasiswa yang berorasi itu turun dari panggung. 

Ahmad Zaki, membenarkan kejadian itu. Zaki menyebut kejadian itu pada Selasa (22/8/2023) sekitar pukul 15.00 WIB. Zaki mengatakan mereka menolak kehadiran gubernur sebagai sikap solidaritas terhadap masyarakat Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat yang terancam oleh rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diusulkan Gubernur Mahyeldi.

 "Sikap kami mahasiswa menolak keras kehadiran Gubernur karena sampai saat ini, masalah isu usulan PSN Air Bangis belum selesai. Kami menuntut cabut usulan itu kepada gubernur," kata Ahmad Zaki, kepada Republika.

Mahyeldi sendiri tidak mempersoalkan insiden aksi oknum mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi, saat dirinya memenuhi undangan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di kampus tersebut pada Selasa (22/8/223) lalu. Mahyeldi menilai kritikan yang disampaikan mahasiswa merupakan hal biasa.

"Kritik secara langsung seperti itu hal biasa bagi kami sebagai penyelenggara pemerintahan. Saya melihat itu hanya wujud mahasiswa menegaskan eksistensi dan ekspresinya. Kami sudah terlebih dulu memaafkan" kata Mahyeldi, melalui siaran pers yang diterima Republika, Kamis (24/8/2023).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement