REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi, Ahmad Zaki, mendapatkan teror dan ancaman pembunuhan melalui aplikasi pesan Whatsapp (WA) buntut aksi dirinya memimpin aksi menolak kehadiran Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi di kampusnya pekan lalu. Ancaman tersebut berasal dari nomor WA tidak dikenal +6282312991374.
"Benar, ada ancaman saya dibunuh lewat pesan Whatsapp. Dalam pesan itu saya dikata-katai dengan kata kotor," kata Zaki, Ahad (27/8/2023).
Nomor peneror Zaki tersebut mencoba menelpon Zaki berkali-kali. Namun, Zaki tidak menggubris panggilan telepon dari nomor tersebut.
Dalam pesan dengan nada ancaman itu, peneror meminta Zaki menghormati Gubernur Mahyeldi. Bila bertemu, peneror mengancam akan membunuh Zaki.
"Oi Zaki, Ang ndak bautak ang. Gubernur ang mode tu an. Woi angkek telfon den. Ang sobok jo den caliak lah den bunuah ang beko. Den cari ang bisuak (Oi Zaki, kamu tidak punya otak. Gubernur kamu gitukan. Angkat telepon saya. Kamu kalau bertemu saya, saya bunuh kamu. Saya cari kamu besok)," kata peneror tersebut.
Zaki sudah menduga ancaman tersebut berkaitan dengan aksinya bersama teman-teman mahasiswa atas nama Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Bukittinggi Selasa lalu. Saat itu, Zaki berorasi menolak kedatangan Gubernur Mahyeldi di acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK).
Zaki dan kawan-kawan menilai Gubernur Mahyeldi tidak pantas datang ke UIN karena belum menyelesaikan persoalan sengketa tanah di Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat. Pada Selasa lalu beredar viral di sosial media Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi, diusir oleh mahasiswa saat menghadiri acara PBAK di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M Djamil Djambek, Bukittinggi.