Produksi biogas
Jika wilayah Mriyan merupakan daerah hulu penjaga pasokan air tanah, wilayah Mundu, Kabupaten Klaten, menjadi daerah penjaga kondisi air tanah. Maklum, perjalanan air dari hujan menuju Bengawan Solo masih panjang. Di wilayah tengah DAS Pusur, masyarakat berkolaborasi memanfaatkan kotoran ternak mereka untuk menghasilkan biogas rumah tangga.
Awalnya, biogas ini digagas Danone-Aqua agar masyarakat dari hulu ke hilir bisa berkolaborasi menjaga kelestarian air. Melihat karakteristik dan mayoritas masyarakat Mundu, pengolahan limbah kotoran sapi menjadi prioritas pertama. Sebab, sebelum digalakkan Arisan Biogas, sebagian besar masyarakat Mundu membuang kotoran sapi mereka di sungai. Tercatat ada 250 perternak sapi perah di Desa Mundu.
Perilaku ini bisa berdampak pada kondisi air tanah yang datang dari hulu ke hilir. Ketua Kelompok Tani Ternak Margomulyo, Teguh Sutikno mengakui, inisiasi biogas diawali dari bantuan dari Danone-Aqua Klaten. Dari Arisan Biogas ini, sudah berhasil dibangun 40 unit biogas di Dukuh Mundu, Klaten. “Total biogas di Mundu saat ini sudah ada 56 unit. Sebagian ada yang pembangunan mandiri,” tutur Teguh.
Teguh mengaku sistem arisan digunakan untuk pembangunan pengelolaan limbah kotoran sapi karena masih mahal. Arisan ini dimulai dari pembentukan kelompok kecil, yang berisi lima sampai 10 orang. Tiap anggota iuran Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta untuk membangun sistem biogas secara gotong royong.
“Dari pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas ini, tiap rumah bisa menghemat sekitar 2 tabung gas LPG ukuran 3 kilogram setiap bulan,” ujar Teguh. “Bahkan, limbah sapi yang sudah difermentasi bisa dijual sebagai pupuk organik untuk pertanian warga,” kata Teguh menambahkan.
Jika sudah membuat instalasi pengelolaan, tiap peternak hanya butuh meluangkan waktu untuk membersihkan kotoran sapi dimasukkan dalam glister (penampungan) untuk diproses fermentasi sekitar 2 hari. Dari tempat penampungan ini langsung dibuat pipa di bagian atas yang bisa disalurkan ke kompor rumah tangga. Hasilnya, selain masyarakat bisa mengakses biogas, kini warga tak lagi membuang kotoran di sungai yang membuat air tercemar.
Direktur Sustainable Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo menuturkan, wilayah Mundu menjadi perhatian pihaknya karena daerah ini menjadi salah satu wilayah recharge paling rendah terhadap kondisi air DAS Pusur. Dengan demografi mayoritas warganya peternak sapi, risiko paling berpengaruh terhadap kualitas air adalah pencemaran dari kotoran ternak.
“Mitigasinya apa, pembangunan biogas. Kotoran tidak lagi mencemari badan air, tapi digunakan untuk kebutuhan rumah tangga,” tutur Karyanto.