Adanya kontradiksi internal dalam konsep Merdeka Belajar patut dicurigai, apakah kebijakan ini dirancang untuk membangun mental kemerdekaan 56 juta peserta didik Indonesia atau menyiapkan SDM yang jinak patuh pada tatanan kapitalisme? Mental jinak berarti juga mental terbelenggu.
Dalam diskursus global, ada dua tradisi pemikiran pendidikan yang berkemungkinan salah satunya menjadi fondasi teori Merdeka Belajar Mentri Nadiem. Pertama, tradisi mazhab pendidikan kritis emansipatoris yang mengajarkan ‘merdeka belajar’ dan ‘belajar untuk merdeka’. Dalam tradisi ini, pendidikan bertugas membangun penalaran kritis peserta didik agar mampu mengurai relasi-relasi kuasa timpang di lingkungan hidup mereka, lalu mengorganisir kekuatan bersama menata relasi-relasi lebih adil.
Ke dua, tradisi mazhab pendidikan liberalis yang mengajarkan lembaga pendidikan berfungsi menyiapkan pasokan tenaga kerja sesuai kebutuhan dunia industri, dunia kerja atau kebutuhan pasar secara umum. Dalam liberalisme, pendidikan harus beroperasi dalam mekanisme pasar. Peserta didik harus disiapkan bersaing terus menerus dalam pasar tenaga kerja lokal, nasional, regional, dan internasional.
Kuat dugaan, Merdeka Belajar Kemendikbud beranjak dari tradisi pemikiran liberalisme. Liberalisme melahirkan ajaran ekonomi kapitalisme. Kapitalisme adalah ibu kandung dari kolonialisme. Kolonialisme adalah musuh utama dari spirit hari kemerdekaan Republik Indonesia. Runutannya demikian.