Selasa 15 Aug 2023 05:52 WIB

Luhut Tuding Faisal Basri tidak Cermat Baca Data Hilirisasi

Faisal Basri menyebut luar biasa tololnya bijih nikel 99 persen diekspor ke Cina.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Erik Purnama Putra
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Foto:

Sebelumnya, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance Faisal Basri mengkritik keras kebijakan hilirisasi yang kerap dibanggakan pemerintahan saat ini. Pasalnya, hasil dari hilirisasi tersebut justru malah lebih menguntungkan negara lain ketimbang industri di dalam negeri.

Faisal menyayangkan pemerintah saat ini tidak memiliki strategi industrialisasi yang jitu hingga deindustrialisasi terus terjadi di dalam negeri. Dia menyebut, tidak ada strategi industrialisasi, yang ada adalah kebijakan hilirisasi.

"Sekadar bijih nikel dioleh jadi NPI (nickel pig iron) atau jadi veronikel, lalu 99 persen diekspor ke Cina. Jadi hilirisasi di Indonesia nyatanya mendukung industrialisasi Cina,” kata Faisal dalam Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun Indef di Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Faisal mengatakan, berbeda dengan hilirisasi, kebijakan industrialisasi akan meningkatkan perekonomian dari sisi strukur industri lokal serta meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Sementara, kata Faisal, hilirisasi yang sementara berjalan untuk nikel nyatanya bukan diolah menjadi produk akhir yang bernilai tinggi.

"Luar biasa, tololnya luar biasa, jadi ini tidak dikoreksi. Sungguh, kita tidak dapat banyak (hasilnya), maksimal 10 persen, 90 persen ke Cina," ujar Faisal.

Dia pun menyayangkan kebijakan hilirisasi tidak mendapatkan koreksi dari pemerintah. Sementara itu, Presiden Jokowi hingga para menteri tetap membanggakan hasil hilirisasi. Salah satunya, nilai ekspor nikel dan turunannya yang tembus 12 miliar dolar AS dari sebelumnya di bawah satu miliar dolar AS.

Akibat dari deindustrialisasi itu, kata dia, sektor jasa justru lebih mendominasi saat ini. "Indonesia sudah lama bukan lagi sebagai negara agraris namun belum kunjung sebagai negara industri. Lebih dari satu dasawarsa lalu, Indonesia menjelma sebagai negara jasa," ujar Faisal.

Ia mencontohkan, penduduk yang bekerja di sektor jasa pun sudah lebih banyak daripada yang bekerja di sektor penghasil barang. Masing-masing yakni 55,8 persen dan 44,2 persen per Februari 2022.

Selain itu, nilai kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia juga telah didominasi oleh perusahaan sektor jasa, yakni sekitar 60 persen. Sepanjang semester satu, sektor jasa menyumbang 60 persen penerimaan pajak, sedangkan sektor penghasil barang hanya 38 persen.

Hasil Kajian Tengah Tahun Indef juga menyimpulkan, deindustrialisasi telah menjadi fenomena nyata di Indonesia. Kontribusi produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan saat ini hanya 18,25 persen meski masih menjadi porsi terbesar dibandingkan sektor lainnya.

Sayangnya, peranan sektor industri pengolahan semakin menyusut dari waktu ke waktu. Hal itu menandakan terjadinya fenomena deindustrialisasi di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement