REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Pemkot Sukabumi fokus pada penanganan dampak kekeringan pada lahan pertanian. Caranya dengan melakukan rekayasa pada bendungan agar mengairi lahan persawahan warga.
"Fokus penanganan kekeringan khususnya petani karena banyak keluhan pengairan di areal sawah berkurang," ujar Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi kepada wartawan di Gedung Juang 45 Kota Sukabumi, Jumat (11/8/2023) malam. BPBD dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) melakukan rekayasa bendungan agar mengairi lahan sawah.
Intinya kata Fahmi, pemda melakukan percepatan penanganan. Sehingga lahan pertanian warga tidak mengalami gagal panek karena kesulitan pengairan.
Fahmi mengatakann, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi juga sudah melakukan upaya antisipasi dalam menghadapi masalah tersebut. Di antaranya dengan memasukkan sebanyak 1.000 hektare lahan pertanian di Kota Sukabumi tercover asuransi usaha tani padi (AUTP). Sehingga ketika lahan pertanian milik petani mengalami gagal panen, maka bisa diganti kerugiannya oleh asuransi Jasindo.
Seperti diketahui, Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) memberikan perlindungan kepada petani dari ancaman resiko gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, penyakit dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). '' Dari lahan pertanian di kota seluas 1.331 hektare, sebanyak 1.000 hektare sudah dicover AUTP,'' kata Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Bidang Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi Dikna Yalendra.
Ia mengatakan, lahan pertanian yang tercover AUTP bisa diganti kerugian akibat gagal panen maksimal Rp 6 juta per hektare. Sehingga petani tidak mengalami kerugian akibat gagal panen seperti sebelumnya.
Diakui Dikna, masih ada 331 hektare lahan pertanian yang belun tercover AUTP. Kondisi tersebut dikarenakan masih terbatasnya anggaran yang dimiliki pemerintah dalam memasukkan lahan pertanian ke AUTP.
Dikna mengatakan, langkah memassukan lahan pertanian warga ke AUTP jadi bagian dalam upaya mewaspadai dampak El Nino ke lahan pertanian yang kekeringan yang terjadi sekarang ini.
"Sehingga, dampak El Nino di kota sudah diantisipasi," ujar Dikna. El Nino merupakan fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik Tengah menjadi lebih panas dari kondisi normalnya.
Hal ini menyebabkan perubahan pola cuaca yang berpotensi berdampak signifikan di beberapa daerah di Indonesia tak terkecuali di Kota Sukabumi. Dikna mengatakan, menghadapi hal tersebut DKP3 melakukan pembinaan antisipasi kepada para petani dengan merekomendasikan upaya-upaya yang harus diperhatikan disaat El Nino terjadi.
Di antaranya dengan melakukan normalisasi saluran irigasi secara gotong royong. Berikutnya pengaturan penggunaan air berupa adanya pergiliran, penggunaan bibit padi ganjah/cepat panen, penggunaan pupuk organik (kompos) yang salah satu tujuannya untuk menjaga kelembaban tanah serta percepatan masa tanam.
Kepala DKP3 Kota Sukabumi Arian Hariadi menambahkan, hingga kini belum ada lahan pertanian di kota yang mengalami gagal panen akibat kekeringan. '' Hingga kini belum ada laporan kekeringan,'' kata dia
Adrian mengatakan, untuk menghadapi kekeringan di tiap kelompok tani ada pompa air yang siap digunakan. Nantinya alat tersebut bisa digunakan ketika kesulitan pengairan.