Jumat 11 Aug 2023 22:40 WIB

Pemprov Jateng Pilih Cilacap jadi Pilot Project Program Perahu Listrik

Peluncuran perahu listrik juga jadi upaya menggenjot program transisi energi

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menjadikan Cilacap sebagai pilot project program perahu listrik dengan mengajak nelayan di sana mengganti perahu berbahan bakar minyak (BBM) ke mesin listrik berbasis baterai. Hal itu Ganjar lakukan sebagai upaya menggenjot program transisi energi.
Foto: Ronggo Astungkoro/Republika
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menjadikan Cilacap sebagai pilot project program perahu listrik dengan mengajak nelayan di sana mengganti perahu berbahan bakar minyak (BBM) ke mesin listrik berbasis baterai. Hal itu Ganjar lakukan sebagai upaya menggenjot program transisi energi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menjadikan Cilacap sebagai pilot project program perahu listrik dengan mengajak nelayan di sana mengganti perahu berbahan bakar minyak (BBM) ke mesin listrik berbasis baterai. Hal itu Ganjar lakukan sebagai upaya menggenjot program transisi energi.

"Kita harus berani melakukan tindakan cepat, apa itu transformasi energi ke energi ramah lingkungan. Hari ini produk-produknya sudah jadi, sekarang yang perlu dilakukan adalah eksekusi," kata Ganjar dalam siaran pers, Jumat (11/8/2023).

Launching program itu dilakukan Ganjar di Pantai Teluk Penyu Cilacap, Jawa Tengah, hari ini. Pada kesempatan itu, Ganjar memberikan bantuan mesin perahu listrik kepada sejumlah nelayan. Selain itu, bantuan lain juga diberikan antara lain hibah alat perikanan tangkap senilai Rp 1,6 miliar, asuransi nelayan senilai Rp 1 miliar, dan bantuan lainnya.

Menurut dia, peralihan energi sudah saatnya untuk dimulai, termasuk disektor kelautan dan perikanan. Meski begitu, Ganjar menegaskan, harus ada insentif agar nelayan mendapatkan kemudahan. Apabila tidak ada insentif, maka upaya transisi energi akan sulit untuk dilakukan.

"Kalau tidak ada insentif, ini akan sulit. Maka saya tadi usulkan, pemerintah memberikan insentif kepada mereka. PLN memberikan apa, pemerintah daerah, provinsi dan pusat memberikan apa. Sehingga, para nelayan kita siap dan menerima peralihan ini," jelas dia.

Selain mengurangi emisi, kata dia, perahu listrik juga membuat nelayan semakin sejahtera. Sebab, pengeluaran yang dikeluarkan nelayan semakin sedikit untuk pergi melaut. Jika biasanya nelayan mengeluarkan Rp230.000 untuk membeli 20 liter BBM sekali melaut, dengan mesin listrik hanya butuh Rp 25.000 saja, dengan biaya listrik per KWH hanya Rp 2.500.

"Bayangkan, biayanya jelas lebih murah. Perbandingannya bisa sepersepuluh. Ya memang untuk investasi awal cukup mahal, di situlah saya katakan tadi, harus ada insentif yang diberikan," jelas dia.

Ganjar menerangkan, Cilacap merupakan daerah yang dijadikan sebagai pilot project peralihan energi di laut. Ke depan, kata dia, sejumlah daerah di Jawa Tengah lainnya akan didorong untuk melakukan hal itu. Targetnya ke depan pun tidak hanya perahu nelayan, tetapi juga kapal angkutan dan kapal wisata.

Seorang nelayan bernama Budi mengatakan, pihaknya menyambut baik adanya program peralihan mesin kapal. Apalagi, setelah mendengarkan pemaparan, biaya yang dikeluarkan untuk melaut jauh lebih murah.

"Ya tentu ini kabar baik, soalnya biayanya jauh lebih murah. Jika biasanya kami menghabiskan 10 liter BBM dalam sehari seharga Rp230.000, kalau pakai listrik hanya Rp 25.000 saja," kata dia.

Meski begitu, Budi mengatakan, kemungkinan harga mesin listrik lebih mahal dibanding mesin berbahan bakar fosil. Untuk itu, dia sepakat dengan Ganjar bahwa nelayan harus mendapatkan insentif. "Jadi harus diberi kemudahan dan keringanan agar nelayan tidak keberatan," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement