Sabtu 05 Aug 2023 14:34 WIB

Surat Terbuka Guntur Romli Hengkang dari PSI: Karena Prabowo, Saya Keluar

Guntur Romli bukan pengurus tapi politisi aktif di PSI

Calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto bersama pengurus DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyambut keterangan pers usai menggelar pertemuan tertutup selama satu jam di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu (2/8/2023).
Foto: Republika/Febryan A
Calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto bersama pengurus DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyambut keterangan pers usai menggelar pertemuan tertutup selama satu jam di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu (2/8/2023).

Oleh : Eks politisi PSI, Guntur Romli

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan media yang sudah hadir hari ini.

Saya ingin menyampaikan hal yang sebenarnya berat bagi saya, karena terkait relasi antara saya dan kawan-kawan yg saya sudah anggap sebagai saudara sendiri, dan PSI yang selama ini saya anggap sebagai "Rumah Politik" saya, mulai hari ini saya menyatakan keluar dari PSI, sebagai anggota dan kader PSI.

Baca Juga

Saya bukan pengurus PSI, tapi selama ini saya sudah dikenal sebagai politisi PSI karena 2019 saya menjadi Caleg DPR RI dari PSI dan Jubir PSI.

Saya ingin berterima kasih kepada semua Bro dan Sis di PSI atas kebersamaan dan solidaritas selama ini dan meminta maaf apabila ada hal-hal yang tak berkenan. Pada Bro Ketum Giring, Sisjen Isyana, dan semuanya.

Khususnya kepada Bro Raja Juli Antoni, yang mengajak saya ke PSI tahun 2016, terima kasih telah memberikan kesempatan. Bro Raja Juli Antoni adalah sosok pemimpin, intelektual, aktivis yang tetap akan saya kagumi.

Big bro: Jeffrie Geovanie (JG), sosok yang penuh dedikasi terhadap pemikiran, pencerahan, dan masa depan anak-anak muda, sosok yang terus akan saya kagumi, yang sudah saya kenal sejak sebelum ada PSI.

Bro JG dan Bro Raja Juli Antoni adalah "anak-anak ideologis" almarhum Buya Syafii Maarif, sosok yang saya kagumi bersama Gus Dur. 

Meskipun PSI bukan rumah politik saya yang pertama, saya pernah menjadi Ketua PKB Cabang Luar Negeri Mesir tahun 2002-2004 era Gus Dur, namun di PSI lah saya benar-benar ditempa menjadi politisi yang punya idealisme, punya DNA: keberagaman (anti intoleransi) dan kebajikan (anti korupsi).

Bersama PSI benar-benar menikmati perjuangan politik yang penuh dinamika: Pilkada DKI 2016-2017 membela Ahok, hingga Pemilu 2019, ikut memenangkan Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin. Saya juga salah satu Caleg PSI pada tahun 2019.

Saya menerima tawaran masuk PSI karena saya merasa waktu itu cocok dengan DNA PSI. 

Sebelum masuk PSI saya memang bergerak di medan perjuangan itu, melawan intoleransi dan radikalisme, praktik-praktik korup dan memperjuangkan toleransi, kebhinnekaan dan prinsip-prinsip kemanusiaan.

Namun ada hal yang menganggu hati nurani saya dan idealisme saya dengan kehadiran Prabowo Subianto di DPP PSI, Rabu 2 Agustus 2023. 

Saya tidak pernah diberi tahu, apalagi diberi penjelasan oleh kawan-kawan Pengurus PSI soal kehadiran Prabowo itu baik sebelum dan sesudahnya, saya hanya bisa membaca dan menonton di media.

Baca juga: Buntut Hina Jokowi, Rocky Gerung Digugat tak Boleh Jadi Pembicara Seumur Hidup

Saya sungguh terkejut, karena masih ingat Januari 2019, PSI pernah memberikan "Award Kebohongan Terlebay" pada Prabowo Subianto karena mengeluarkan pernyataan selang cuci darah RSCM digunakan berkali-kali sampai 40 pasien, dan langsung dibantah oleh Direktur RSCM waktu itu. 

PSI memilih Jokowi pada 2019--saya sendiri pendukung dan pemilih Jokowi sejak 2014, bahkan sejak Pilgub DKI 2012--karena rekam jejak Jokowi yang berhasil memimpin Indonesia selama 5 tahun: 2014-2019, dibanding rekam jejak Prabowo dan keterlibatan tokoh-tokoh intoleran dan radikal, pemain politik identitas dan isu SARA yang mengancam keutuhan dan kebhinnekaan Indonesia, dan beberapa tokoh itu masih ada di sekitar Prabowo saat ini.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement