REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pimpinan Pusat Advokat Persaudaraan Islam (DPP-API) mendesak pemerintah Indonesia mencegah peredaran buku mengandung konten dukungan terhadap lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). DPP-API meminta kementerian terkait menelusuri buku semacam itu agar tak menimbulkan keresahan masyarakat.
Ketua DPP API Aziz Yanuar bakal ikut mencari kebenaran atas kabar tersebut. Aziz tak ingin buku promosi LGBT mendapat tempat di Ibu Pertiwi.
"Kami akan cek lagi dan akan protes kepada Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas hal ini," kata Yanuar kepada Republika.co.id di Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Aziz keberatan dengan promosi LGBT lewat berbagai modus, seperti buku. Aziz pun mendesak peredaran buku pendukung LGBT dihapuskan di Indonesia. "Kami kecam keras peredaran buku atau apapun kampanye LGBT di republik ini," ujar kuasa hukum Habib Bahar bin Smith tersebut.
Aziz menegaskan, pelaku LGBT tak punya tempat di Tanah Air. Dia khawatir, bahaya LGBT bagi generasi masa depan Indonesia jika gerakan itu dibiarkan bebas. Aziz tak ingin Indonesia di kemudian hari 'dikuasai' oleh kelompok menyimpang.
"Tidak ada tempat di negeri ini bagi makhluk-makhluk menyimpang dan terlaknat itu. Kita akan ganyang pihak-pihak menyimpang dan membahayakan generasi bangsa itu," ucap Aziz.
Pelarangan peredaran buku sudah berlangsung sejak lama dengan kategori dan jenis bergantung pada negaranya. Saat ini, banyak negara yang menargetkan buku yang memberikan ruang terhadap LGBTQ+, termasuk negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS).
Berikutnya, pemerintah Hungaria melakukan upaya kerasa dengan melakukan pelarangan peredaran buku bertemakan LGBTQ+. Bahkan pemerintah Hungaria mengenakan denda besar terhadap toko buku di Budapest memajang novel grafis dewasa muda yang menggambarkan kisah LGBTQ+ pada Juli 2023.
Sedangkan di Lithuania, beberapa buku remaja yang menampilkan pasangan sesama jenis diberi label 'berbahaya' pada 2014. Beberapa negara Asia juga telah memberikan perhatian lebih untuk buku dengan tema tersebut.
Dewan Perpustakaan Nasional (NLB) Singapura pada 2014 menarik buku yang menceritakan pasangan penguin jantan sesama jenis yang menetaskan telur bersama di Kebun Binatang Central Park New York. Pemerintah Malaysia ikut melarang tiga buku karena diduga mempromosikan gaya hidup LGBTQ+ pada awal 2023.