REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Senyum dan tawa selebram Lina Mukherje saat makan babi sambil mengucapkan bismillah berubah 180 derajat ketika dihadirkan di persidangan.
Lina tampak menangis berlinang air mata ketika tiba di pengadilan negeri Palembang, Selasa (26/7/. Ia sesekali menutupi wajahnya. Lina mengaku takut didemo.
"Aku takut kalau ada yang demo, maaf ya," ujar Lina yang meminta maaf atas perilakunya tersebut. "Aku kangen keluargaku," katanya menambahkan.
Sejumlah peserta sidang berbaju loreng-loreng oranye berada di satu ruangan bersama Lina. Mereka hadir untuk memantau persidangan perdana kasus ujaran kebencian tersebut.
Sidang dengan agenda pembacaan dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Tinggi Sumatra Selatan tersebut diikuti tersangka, beserta tiga orang saksi, yaitu M Syarif Hidayat, Sapriadi Syamsudin, dan Husyam Usman.
Sidang dimulai pada pukul 11.39 WIB, bertempat di Ruang Sidang Pengadilan Negeri Palembang dipimpin Majelis Hakim yang diketuai Hakim Romi Sinatra, beserta dua Hakim Anggota Agung Ciptoadi dan Pitriadi. Sedangkan panitera pengganti, Jeiny Syahputri.
Pada saat awal persidangan, tersangka tidak didampingi penasihat hukum saat menghadiri persidangan karena dirinya ditahan di Lapas Wanita kelas II Palembang sehingga tidak dapat menghubungi penasihat hukumnya.
Namun, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Tinggi Sumatra Selatan menyatakan hal itu disebabkan penasihat hukum terdakwa belum menerima surat kuasa.
Oleh sebab itu, majelis hakim menanyakan kepada terdakwa apakah bersedia menggunakan penasihat hukum dari Pusat Bantuan Hukum (Posbakum) Pengadilan Negeri Palembang.
Terdakwa bersedia menggunakan penasihat hukum dari Posbakum Pengadilan Negeri Palembang Supendi saat menjalani persidangan.
"Pemberian penasihat hukum ini merupakan hak dari terdakwa," kata Hakim Romi saat persidangan.
Membacakan dakwaan
Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Tinggi Sumatra Selatan saat membacakan surat dakwaan itu tersangka pada akun Youtube pribadinya dengan sengaja menyebar informasi yang menimbulkan ujaran kebencian, baik antarindividu maupun kelompok berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).