Senin 17 Jul 2023 12:13 WIB

Infiltrasi dan Desepsi ke NII: Dari Ideologi PKI, Syiah, Hingga Wahabi

Setelah ditelusuri ternyata infiltrasi dan disepsi NII sangat beragam.

Pendukung Gerakan Darul Islam bersama benderanya.
Foto:

Infiltrasi dan Intrusi Wahabi Takfiri, Wahabi Jihadi, dan Syiah

Al Chaidar lebih lanjut mengatakan, perkembangan gerakan Darul Islam ini semakin hari semakin mendapatkan intrusi dari berbagai pengaruh ideologi yang datang belakangan di Indonesia, khususnya Wahabi Takfiri, Wahabi Jihadi, dan Syiah. Sejak tahun 1979, Darul Islam adalah gerakan yang tidak percaya diri dan sering terombang-ambing oleh pengaruh ideologi transnasional dari Timur Tengah. 

"Namun, dari semua intrusi itu, terdapat komunitas-komunitas (enclave) yang masih menjaga kemurnian idealismenya secara teguh dan tersembunyi. Merekalah yang melanjutkan 'kapal' negara Islam ini dalam sekoci-sekoci kecil secara faksional," katanya menegaskan.

Faksi-faksi inilah yang kemudian mulai membangkitkan lagi elan vital Darul Islam ke seluruh Indonesia atau merevitalisasi daerah basis yang sempat kehilangan audiensnya di wilayah-wilayah, seperti Aceh, Jawa Barat, Padang, Bukit Tinggi, Labuhan Batu, Riau, Jambi, Palembang, Lampung, Menado, Toraja, Kendari, Buton, Flores, dan Tual.

Namun, menurut Al Chaidar, karena intrusi dari Wahabi Takfiri banyak faksi Darul Islam ini, yang kemudian terjerembap dalam terorisme dan mengubah perjuangan yang lurus (just) menjadi pergerakan yang penuh intrik, penuh rahasia, operasi-operasi bawah tanah dan bersembunyi di kegelapan peradaban, yang mengakibatkan Darul Islam semakin kehilangan audiensnya dalam upayanya mengakumulasi kedaulatan (sovereignty).

"Intrusi Syiah tahun 1979 hingga era 1980-an telah begitu memecah gerakan ini dan pembunuhan serta bom meledak di beberapa kota; korban-korban berjatuhan bersamaan dengan ditangkapnya beberapa tokoh aktivisnya. Kemudian datang intrusi lain dari ideologi Wahabi. Syiah dan Wahabi sama-sama bersifat Takfiri yang bersikap keras terhadap sesama Muslim yang tak sejalan, meskipun sama-sama membaca syahadat yang sama dan menghadap ke kiblat yang sama,'' ujarnya.

Lanjut pada tulisan berikutnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement