REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh menyarankan Pemerintah Aceh membangun pelabuhan pengangkutan minyak sawit mentah (CPO) di wilayah pantai barat selatan Aceh (Barsela) untuk meminimalkan tumpahan CPO di jalan nasional.
"Sebelum ada pelabuhan tempat pengapalan CPO di Barsela maka kejadian tumpahan CPO di jalan nasional akan terjadi," kata Sekretaris Apkasindo Aceh Fadhli Ali di Banda Aceh, kemarin.
Pernyataan ini disampaikan Apkasindo sebagai respons atas berulangnya kejadian tumpahan CPO di lintasan pegunungan Aceh Besar (Gunung Kulu) akibat pengangkutan CPO menuju Pelabuhan Belawan Medan masih menggunakan jalur darat. Fadhli menyampaikan, saat ini lintasan pegunungan Paro, Kulu Aceh Besar dan Geurutee Aceh Jaya masih menjadi jalur pengangkutan CPO dari berbagai daerah di wilayah barat selatan Aceh.
Kemudian, lanjut Fadhli, luas areal sawit di kawasan itu juga terus bertambah, maka sudah pasti pengangkutan CPO semakin banyak. Baik itu CPO dari Simeulue, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Barat dan Aceh Jaya. Semua dibawa ke Belawan melalui Geurutee, Kulu dan Geurutee.
Karena itu, jika pelabuhan tidak segera dibangun maka kejadian tumpahan CPO akan terjadi. Apalagi, semakin hari areal sawit semakin luas dan produksi CPO juga meningkat.
"Jadi selama jalur tersebut masih dilintasi kendaraan pengangkut CPO, maka besok, lusa dan seterusnya tumpahan serupa akan terjadi lagi," ujarnya.
Fadhli menuturkan Apkasindo sendiri sudah berulangkali menyampaikan keluhan tersebut, tetapi Pemerintah Aceh dan DPR Aceh belum memberikan respons. Ia berharap pemerintah dan DPR Aceh benar-benar memerhatikan permasalahan ini, karena pembangunan jalur alternatif yakni pelabuhan penting demi keselamatan pengguna jalan di daerah yang rawan dan kerap terjadi kecelakaan tersebut.
"Harapan kami petani sawit kepada pemerintah dapat memberikan dukungan agar pengapalan CPO dari wilayah Barsela dapat dilakukan, salah satunya melalui pengembangan pelabuhan Calang Aceh Jaya," kata Fadhli.