Ahad 09 Jul 2023 17:12 WIB

Rawan Karhutla di Kalimantan, Relawan Santri Ganjar Adakan Pelatihan Penanganan Pertama

Pelatihan tersebut ditujukan untuk puluhan santri Ponpes Syalafiyah Iqro.

SDG Kalimantan Tengah mengadakan pelatihan penanganan kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pelatihan tersebut ditujukan untuk puluhan santri dan pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Syalafiyah Iqro di Tanjung Pinang, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Foto: Dok. Web
SDG Kalimantan Tengah mengadakan pelatihan penanganan kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pelatihan tersebut ditujukan untuk puluhan santri dan pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Syalafiyah Iqro di Tanjung Pinang, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKARAYA -- Sukarelawan Santri Dukung Ganjar (SDG) Kalimantan Tengah mengadakan pelatihan penanganan kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pelatihan tersebut ditujukan untuk puluhan santri dan pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Syalafiyah Iqro di Tanjung Pinang, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. 

Koordinator Wilayah SDG Kalteng, Hamijul Fuad mengatakan bahwa pelatihan ini digelar karena maraknya kasus kebakaran hutan dan lahan di beberapa wilayah di Palangkaraya. 

Baca Juga

"Kenapa pelatihan karhutla, karena Kalteng ini daerah yang rawan kebakaran hutan. Karena daerah ini gambut yang sangat dalam. Kami dari teman-teman SDG Kalteng berinisiasi bikin kegiatan ini, pelatihan pemadaman api," kata Hamijul, seperti dulansir pada Ahad (9/7/2023). 

Dia menjelaskan, karhutla di Palangkaraya sudah menjadi kasus yang menyita perhatian nasional, karena menyebabkan kabut asap pekat yang membahayakan kesehatan masyarakat. 

"Dalam dari kebakaran lahan adalah kabut asap yang sangat pekat, jadi kami mau teman-teman santri ini peduli pada lingkungan, agar tidak terjadi lagi kabut asap yang berdampak pada masyarakat sekitar," kata Hamijul. 

Terlebih lokasi Ponpes Syalafiyah Iqro yang dikelilingi lahan gambut yang mudah terbakar, sehingga pelatihan penanganan karhutla menjadi sangat penting bagi para santri. 

Dia berharap, pelatihan ini bisa meningkatkan kepedulian dan kepekaan para santri terhadap kondisi lingkungan di sekitar mereka. 

"Agar teman-teman santri ini punya kemampuan memadamkan api di lingkungan pesantren ketika nanti terjadi kebakaran lahan di lingkungan pesantren," harapnya. 

Untuk mendukung hal tersebut, SDG Kalteng juga turut memberikan bantuan mesin air kepada pihak ponpes. Mesin tersebut nantinya bisa digunakan memadamkan api saat terjadi kebakaran di lingkungan pesantren. 

"Ke depan kami ada agenda-agenda untuk meningkatkan kreativitas dan kepedulian santri di lingkungannya masing-masing," kata Hamijul. 

"Bisa juga nanti ada agenda festival selawat, pelatihan desain grafis, dan lain sebagainya. Tentunya kami harus komunikasi dengan teman-teman santri dan pesantren," tambahnya. 

Selain bantuan mesin air, relawan ini juga turut memberikan bantuan semen kepada pihak ponpes yang tengah melakukan pembangunan beberapa ruangannya. Ini menjadi komitmen SDG untuk membantu pengembangan ponpes di Kalteng. 

Dalam kunjungannya ke ponpes tersebut, relawan ini juga mengajak para santri untuk melakukan doa bersama agar Indonesia mendapat pemimpin yang tepat. 

Kegiatan serupa berkaitan dengan mitigasi bencana juga telah dilakukan di Sumatra Barat (Sumbar). SDG menggelar pelatihan tanggap bencana untuk para santri yang digelar di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Al-Huffaz di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumbar. 

Koordinator Wilayah SDG Sumbar, Fikri Haldi di Padang, Selasa mengatakan bahwa ada ratusan santri dan pengurus ponpes yang ikut serta dalam pelatihan ini.

"Kami di SDG melakukan pelatihan dan memberikan pembekalan-pembekalan kepada para santri agar mereka tanggap bencana," kata dia.

Adapun materi dimulai dengan pengenalan potensi bencana, baik di Sumatra Barat maupun di Kota Padang, pemahaman langkah-langkah yang harus diambil saat bencana terjadi, termasuk mitigasi untuk meminimalisir kerugian yang dapat terjadi saat bencana. 

 

"Ada dua pemateri yang memberikan pelatihan kepada pra santri. Mereka sudah profesional di bidangnya" kata dia, demikian dilansir dari Antara

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement