Jumat 07 Jul 2023 19:08 WIB

Kasus Antraks Ditemukan di Gunungkidul, Pemkab Wonogiri 'Berjaga-jaga'

Pemkab Wonogiri memperketat pengawasan terhadap sejumlah pasar hewan.

Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri aktraks di Dusun Jati, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat (7/7/2023). Penyemprotan ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit antraks. Menurut Kemenkes, kasus antraks di Dusun Jati sudah bisa masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Karena sudah ada satu kematian suspek antraks, tetapi kewenangan KLB ada di Pemkab Gunungkidul.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri aktraks di Dusun Jati, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat (7/7/2023). Penyemprotan ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit antraks. Menurut Kemenkes, kasus antraks di Dusun Jati sudah bisa masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Karena sudah ada satu kematian suspek antraks, tetapi kewenangan KLB ada di Pemkab Gunungkidul.

REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Sejumlah daerah di kawasan Solo Raya, Jawa Tengah, mewaspadai masuknya virus antraks dari daerah lain. Hal ini menyusul ditemukannya kasus antraks di Gunungkidul, DI Yogyakarta.

"Proses monitoring dilakukan oleh dinas-dinas terkait. Kami juga mengawasi lalu lintas ternak," kata Bupati Wonogiri Joko Sutopo di Wonogiri, Jumat (7/7/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan, pengawasan ketat perlu dilakukan mengingat sejumlah pasar hewan letaknya berdekatan dengan Gunungkidul di mana di daerah tersebut sudah ditemukan kasus antraks. "Jangan sampai nanti ada upaya penularan melalui transaksi. Jadi nanti ada skrining, suhunya kan sudah terdeteksi, kami menurunkan petugas monitoring dengan peralatan yang ada," katanya.

Selain itu, dikatakannya, edukasi juga diberikan kepada para pemilik sapi, termasuk meminta para pemilik sapi melengkapi surat keterangan sehat. "Itu terutama yang lintas daerah," katanya.

Disinggung mengenai pengawasan di jalur-jalur utama mengingat letak Kabupaten Wonogiri yang bersebelahan dengan Kabupaten Gunungkidul, dinilainya tidak efektif. "Pintu masuk kan banyak sekali, sementara tenaga kami terbatas. Pengawasan di jalan-jalan tidak memungkinkan karena mereka lebih menguasai lokasinya. Oleh karena itu, kami lebih baik mengawasi di sentral sekaligus mengedukasi pedagang," ujarnya.

Terkait dengan temuan kasus antraks, dikatakannya, tahun lalu pernah ada."Kami pernah ada potensi (temuan kasus, Redaksi) di Eromoko, ternyata setelah skrining asalnya dari Gunungkidul. Jadi ada bintik-bintik hitam, luka hitam. Selanjutnya tim turun, yang bersangkutan tidak punya sapi, ternyata akivitasnya di Gunungkidul," katanya.

Sedangkan untuk saat ini, dikatakannya, belum ada laporan dari dinas terkait temuan kasus. "Kalau ada kami beli (hewan ternak-Redaksi), kemudian dimusnahkan," ujarnya.

Kepala Bidang Veteriner Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kota Surakarta Agus Sasmita mengatakan pemerintah berupaya melakukan pemeriksaan laboratorium dan pengawasan peredaran daging di kios-kios. "Pengawasan dilakukan di tempat-tempat masuknya hewan dan produk hewan karena sapi yang masuk ke Solo ini kan untuk keperluan hewan potong, jadi masuk ke RPH (rumah pemotongan hewan). Skrining dilakukan di RPH dengan pemeriksaan antemortem," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement