REPUBLIKA.CO.ID, Warga kampung pesisir Muaragembong, Kabupaten Bekasi, sudah biasa menghadapi air rob Laut Jawa masuk ke pemukimannya setiap malam. Kepala Seksi (Kasie) Pemerintah Kecamatan Muaragembong, Hasan Basri, mengatakan ada enam desa di daerah itu yang ketika air laut pasang, rumahnya terendam hingga ketinggian 50 sentimeter (cm).
Enam desa itu, yaitu Pantai Harapan Jaya, Pantai Mekar, Pantai Bakti, Pantai Bahagia, Pantai Sederhana, dan Pantai Jaya Sakti. Semua desa itu terendam banjir ketika air Laut Jawa pasang.
"Tapi itu tidak lama dua jam sudah surut. Paling tinggi 50 cm, tergantung jauh dekatnya rumah dengan laut," kata Hasan di kantornya, Selasa (4/7/2023).
Hasan mengatakan, ada dua desa yang kondisinya sering terendam air rob. Dua desa itu di antaranya Pantai Mekar dan Pantai Bahagia. Dua desa ini ketika air laut pasang rumahnya terendam dengan ketinggian yang berbeda-beda.
Dia mengatakan, semakin dekat rumahnya dengan lautan, semakin tinggi air masuk dan lama suratnya. Meski demikian pemilik rumah tidak sampai dievakuasi saat rumahnya terendam.
"Tidak sampai dievakuasi karena empat jam sudah surut," katanya.
Menurut dia, semua warga di Muaragembong sudah bisa menyesuaikan dengan kondisi pasang surut air laut. Warga tidak merasa khawatir meski air laut masuk ke rumahnya.
"Air pasang itu sudah dianggap biasa karena memang tidak lama. Paling lama satu pekan itu juga banjir kiriman dari Sungai Citarum dan Ciherang," katanya.
Hasan menyampaikan, biasanya air laut pasang dan memasuki permukiman warga itu setiap bulan di tanggal 15. Warga Muaragembong tidak menganggap air yang masuk ke rumahnya itu sebagai bencana alam.
"Itu bukan bencana alam karena setiap bulan purnama air laut pasang sampai merendam permukiman terutama di Desa Pantai Mekar dan Pantai Bahagia. Karena empat jam sudah surut lagi," katanya.
Jadi kata dia, kondisi ini tidak perlu penanganan khusus dari pemerintah Kabupaten, Provinsi maupun pemerintah pusat. Sampai saat ini tidak ada warga yang menyampaikan keluhan air rob selalu masuk ke permukimannya.
"Untuk menangani kondisi ini memang tidak ada penanganan khusus dari pemerintah kabupaten maupun provinsi. Biasa saja karena bukan bencana," kata dia.
Tidak ada penanganan khusus dari pemerintah kabupaten maupun provinsi. Karena bukan bencana.
Hasan memastikan sepanjang tahun 2023 belum pernah terjadi air laut ataupun air sungai Citarum dan Ciherang merendam permukiman warga. Pernah terjadi pada Maret 2022 air banjir kiriman dari sungai Citarum dan Ciherang merendam pemukiman warga di Kampung Solokan Gatet, Desa Pantai Mekar.
"Bulan Maret terakhir terendam 30 cm, Solokan Gatet parah karena luapan dari Sungai Citarum dan Ciherang tingginya sepinggang orang dewasa," katanya.
Sementara untuk banjir karena rob terakhir terjadi pada tanggal 25 November 2022. Ketinggian bervariasi mulai dari 20 cm dan 50 cm tergantung jauh dekat dengan pantai.