Senin 19 Jun 2023 17:01 WIB

Gunung Anak Krakatau Erupsi, Kolom Abu Vulkanis 1.500 Meter

Erupsi Gunung Anak Krakatau sempat disaksikan warga di Pulau Sebesi.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Agus raharjo
Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda mengalami erupsi dan mengeluarkan kolom abu setinggi 2.000 meter, pada Ahad (17/7) pukul 08.47 WIB.
Foto: PVMBG
Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda mengalami erupsi dan mengeluarkan kolom abu setinggi 2.000 meter, pada Ahad (17/7) pukul 08.47 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Setelah erupsi pada 9 Juni 2023, kini Gunung Anak Krakatau (GAK) kembali erupsi pada Senin (19/6/2023) pagi hingga siang. Tinggi kolom abu vulkanis mencapai 1.500 meter dari puncak GAK, yang berada 1.657 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu vulkanis dengan ketebalan kabut asap tersebut dapat terlihat dengan mata manusia di Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. “Saat ini status Gunung Anak Krakatau masih siaga atau Level III,” kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargo Pancuran, Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, Senin (19/6/2023).

Baca Juga

Menurut dia, dalam kondisi erupsi maupun tidak erupsi, masyarakat nelayan, wisatawan, dan lainnya masih dilarang mendekat GAK dalam radius 5 km. Hal tersebut dikhawatirkan abu vulkanis dan material dari kawah GAK dapat mengganggu kesehatan para pengunjung.

Pada Jumat (9/6/2023), GAK terjadi beberapa kali erupsi dengan letusan kegempaan yang berlanjut. Sedangkan tinggi kolom abu vulkanis GAK saat itu mencapai 3,5 km dari puncaknya.

Penetapan status GAK Level III (Siaga) ditetapkan pada 24 April 2022, pada saat itu GAK terjadi erupsi pada 12 Mei 2023, dengna tinggi kolom abu vulkanis mencapai 2,5 km dari puncaknya. Erupsi GAK yang berada di perairan Selat Sunda perbatasan Provinsi Lampung dan Banten tersebut, sempat disaksikan warga yang berdiam di Pulau Sebesi.

Pulau yang bertetangga dengan GAK tersebut, kerap menyaksikan lahar panas setiap malam, dan kepulan asap hitam menjulang ke langit pada siang hari. Menurut Yusuf, warga Pulau Sebesi, terdengar kegempaan letusan, lahar berwarna merah dan juga kolom abu dari kawah GAK sudah menjadi pemandangan biasa sehari-hari.

Bunyi letusan gunung, dan juga lahar merah memancar dapat disaksikan langsung di luar rumah. “Yang ditakuti warga di Pulau Sebesi, seperti tahun 2018 lalu, terjadi tsunami gara-gara kawah gunung ambruk,” kata Yusuf, tokoh masyarakat Pulau Sebesi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement