Ahad 18 Jun 2023 14:35 WIB

Pesan untuk Kaesang, Pengamat: Cara 'Menaklukkan' Depok Beda dengan Solo

Pengamat beri pesan untuk Kaesang jika menaklukkan Depok berbeda dengan Solo.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bilal Ramadhan
Pengendara motor melintas di dekat baliho bergambar Putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep di Jalan Melati, Depok. Pengamat beri pesan untuk Kaesang jika menaklukkan Depok berbeda dengan Solo.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengendara motor melintas di dekat baliho bergambar Putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep di Jalan Melati, Depok. Pengamat beri pesan untuk Kaesang jika menaklukkan Depok berbeda dengan Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo mengingatkan tantangan yang harus dihadapi Kaesang Pangarep untuk maju di Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Depok.

Kondisi Depok berbeda dengan wilayah Solo, yang basis pemilihnya mayoritas PDIP dan sebelumnya Presiden Joko Widodo juga pernah menjadi wali kota Solo. Sementara Depok basis pemilihnya selama beberapa periode terakhir dikuasai oleh PKS.

Baca Juga

"Depok medan pertempuran berbeda, kandang PKS, menaklukkan medan Depok dan Solo beda, Solo istilahnya sudah gembur dan Depok masih keras," ujar Ari dikutip dalam keterangannya, Ahad (18/6/2023).

Ari melanjutkan, popularitas saja tidak cukup untuk modal Kaesang menaklukan Depok. Menurutnya, Kaesang harus memahami betul Depok dan basis massanya. Salah satunya, sebuah perubahan yang diharapkan warga Depok selama 20 tahun terakhir dikuasai rezim kepemimpinan PKS.

"Karena sudah terlalu lama seperti melawan status quo melawan angin perubahan. Modal Kaeang adalah harapan warga yang haus perubahan, memang tidak mudah," ujarnya.

Karena itu, modal popularitas Kaesang ini harus diikuti dengan kapasitas dan kemampuan anak bungsu Presiden Jokowi ini untuk meyakinkan pemilih Depok. Ari menilai, usia muda juga bukan suatu keraguan untuk menaklukan medan Kota Depok.

"Jadi harus serius Mas Kaesang. Meski dia anak presiden, meski dia punya popularitas tanpa kerja kerja politik konkrit, tanpa kapasitas, rakyat tidak menghendaki, karena itu dibuktikan menuju persiapan untuk Pilkada," ujarnya.

"Kalau serius banyak PR di Depok. Kalau Mas Gibran itu lebih mudah di Solo karena meneruskan, di Depok berbeda, apalagi Pak Jokowi juga sudah tidak berkuasa nanti saat maju Pilwakot Depok," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Ari juga menilai tertariknya Kaesang di dunia sebagai hal-hal yang lumrah ketika ayah, kakak dan kakak iparnya. Karena itu, dia tidak sependapat jika hal ini bagian politik dinasti.

"Saya tidak mau buru-buru sebut ini sebagai politik dinasti, karena tidak ada pemaksaan disini. Mungkin karena liat kakaknya jadi tertarik terjun ke politik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement