Kamis 15 Jun 2023 11:33 WIB

Madrasah Tahfizh An Nashr Parung, Sekolah Formal dengan Bayaran Seikhlasnya

Madrasah Tahfizh An Nashr memberikan pendidikan berkualitas dan terjangkau.

Madrasah Tahfizh An-Nashr Parung di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Foto: Dok. Madrasah Tahfizh An Nashr
Madrasah Tahfizh An-Nashr Parung di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mahalnya biaya pendidikan kerap dirasakan banyak orang tua siswa. Beberapa di antaranya bahkan anaknya harus rela sampai putus sekolah akibat ketidakmampuan membayar biaya sekolah.  

Namun, berbeda bagi siswa Madrasah Tahfizh An-Nashr Parung di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Orang tua siswa tidak perlu merasa terbebani dengan biaya pendidikan mahal, karena MI Tahfizh An-Nashr menerapkan biaya seikhlasnya untuk biaya pendidikan. 

Baca Juga

Ketua Yayasan An-Nashr Salim RD menjelaskan, perihal kisah awal menerapkan metode bayaran seikhlasnya. “Awalnya, An-Nashr menerapkan pembayaran SPP bulanan  dangan model pilihan  A) Rp50.000 B) Rp70.000, dan C) Rp100.000. Kurang lebih 80 persen wali santri memilih SPP Rp50.000 perbulan,” ungkap Salim, dalam keterangan tertulis, Kamis (15/6/2023).

“Tidak jarang yang menunggak hingga berbulan-bulan dan setelah kami mendapatkan ilmu suprarasional yang diperkenalkan oleh Raden Ridwan Hasan Saputra sebagai Presiden Direktur KPM juga, maka kami luruskan kembali niat hanya untuk mendapat ridho Allah SWT, menebar manfaaat sebanyak-banyaknya dan agar dapat membantu masyarakat khususnya wali santri yang memiliki keinginan menyekolahkan anaknya di An-Nashr namun terkendala biaya,” tambahnya.

Salim juga mengisahkan bahwa berdirinya An-Nashr untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan mudah dijangkau berbagai kalangan. “Yang melatarbelakangi berdirinya An-Nashr adalah keinginan untuk memberikan pendidikan yang baik, berkualitas dengan biaya dapat  dijangkau oleh semua kalangan. Sebuah keprihatinan bagi kami ketika melihat anak yang memiliki keinginan bersekolah di tempat yang bagus namun terkendala biaya,” ujarnya. 

Salim juga menuturkan dalam perjalanannya, ada saja kendala yang dihadapi dalam menerapkan metode seikhlasnya. “Pada awalnya, wali santri memberikan infak yang kurang memadai sehingga untuk biaya operasional sekolah, honor guru masih kurang. Namun, setelah berjalan 2 tahun dengan pembinaan ke wali santri secara berkala dan berkesinambungan, mulai terlihat kebaikan jumlah infak yang diberikan wali santri,” jelasnya. 

Salim berharap dengan menerapkan metode seikhlasnya semakin banyak kemudahan dan pertolongan Allah SWT kepada An-Nashr. Hal ini telah dibuktikan dengan semakin bertambahnya luas tanah. 

“Setelah menerapkan program berbayar seikhlasnya banyak sekali kemudahan dan pertolongan yang Allah berikan kepada An-Nashr melalui para muhsinin/para donatur. yang semula kami hanya memiliki tanah seluas 520 m2 kini sudah mencapai 3.760 m2. Alhamdulillah hampir setiap tahun kami dapat membangun ruang kelas maupun ruangan layanan pendidikan lainnya,” tutup Salim. 

Kepala MI Tahfizh, Mardiah dan Kepala RA, Shofiyah menegaskan bahwa konsep seikhlasnya berlaku untuk seluruh siswa. “Kami menerapkan bayaran seikhlasnya kepada seluruh santri,” jelas Mardiah. 

Untuk pembayaran biaya pendidikan seikhlasnya ada beberapa wali santri yang membayarkan secara transfer, memasukkan ke keropak setiap pertemuan, setiap hari Jumat, namun lebih banyak yang memberikan infak setiap bulan. Untuk kegiatan ekstrakurikuler mereka memberikan infak seikhlasnya setiap pertemuan.

Saat ini, jumlah seluruh santri yang ada di An-Nashr sebanyak 514 santri yang terdiri dari santri Raudhatul Athfal sebanyak 94 orang dan santri MI Tahfizh sebanyak 420 orang. Mardiah menambahkan bahwa santri di An-Nashr tak hanya dari masyarakat Jabon Mekar saja. 

“Untuk santri RA lebih banyak berasl dari masyarakat sekitar Jabon Mekar, namun untuk santri MI Tahfizh santrinya sudah menyebar dari beberapa wilayah kecamatan seperti Parung, Kemang, Ciseeng maupun Sawangan. Namun Yayasan tetap memberikan prioritas kepada masyarakat lingkar Jabon Mekar dan Parung,” ungkapnya. 

Adapun santri An-Nashr masih menerapkan pulang pergi, belum ada yang bermukim. “InsyaAllah tahun pendidikan 2024/2025 kami akan membuka layanan pendidikan lanjutan (SMP/MTs) yang mukim (Pesantren),” ujar Mardiah. 

Madrasah Tahfizh An-Nashr menyelenggarakan pembelajaran mulai pukul 07.00-13.30 WIB. Sedangkan untuk Raudhatul Athfal pukul 07.00-11.00 WIB. Setiap pagi seluruh santri melaksanakan shalat dhuha, zikir, doa dan tadarus Al-Qur’an. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran lainnya.

Guna membentuk santri yang memiliki akhlakuk karimah, cinta Al-Qur’an, dan menguasai ilmu matematika dan sains, An-Nashr memiliki program unggulan di antaranya adalah Baca Tulis Al Quran (BTA) metode Qiraati, Tahfizh Juz 30, 29 dan juz 28, MNR (Matematika Nalaria Realistik).

Selain itu, An-Nashr juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler seperti, pramuka dan ekstrakurikuler pilihan yaitu wushu, public speaking, marawis, hadroh, dan akan segera dibuka ekskul memanah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement