Rabu 14 Jun 2023 15:23 WIB

Cerita Pihak RSCM Sampai Harus Bobol Pintu dan Modifikasi Tempat Tidur untuk Fajri

Fajri (26 tahun) pasien obesitas dengan berat 300 kg dirawat sejak Jumat pekan lalu.

Rep: Eva Rianti/ Red: Andri Saubani
Konferensi pers kasus pasien obesitas seberat 300 kilogram di RSCM, Jakarta Pusat, Rabu (14/6/2023).
Foto: Republika/Eva Rianti
Konferensi pers kasus pasien obesitas seberat 300 kilogram di RSCM, Jakarta Pusat, Rabu (14/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad Fajri (26 tahun), pasien obesitas seberat 300 kilogram (kg), tengah dirawat di RSCM Jakarta sejak Jumat (9/6/2023). Pihak RSCM menceritakan tentang fasilitas-fasilitas yang dirombak dan dimodifikasi untuk bisa 'menampung' Fajri.

"Untuk pasien tersebut seluruh perawatannya kita tarik ke ruangan khusus dengan modifikasi ruangannya, kita membobol pintu dan sebagainya," kata Lies dalam konferensi pers di RSCM, Jakarta Pusat, Rabu (14/6/2023).

Baca Juga

Lies menjelaskan, ruangan untuk perawatan Fajri sebenarnya merupakan ruang rawat biasa, tapi dimodifikasi sedemikian rupa untuk bisa mengakomodasi tubuh pria asal Tangerang tersebut.

"Kita bikin ICU, yang seharusnya bukan di situ jadi kita buat ruangan yang tadinya ruang rawat biasa menjadi mini ICU," ujar dia.

Lebih detail, Sidharta Kusuma Manggala, dokter umum dokter spesialis anestesi menggambarkan, Fajri berada di ruangan dengan luas 6x6 meter. Di ruangan tersebut juga tersedia kamar mandi dalam yang digunakan oleh perawat atau para medis yang menjaga Fajri.

"Untuk gambarannya, ada ventilator, obat infus yang cukup banyak, dan monitoring curah jantung, kemudian bed-nya memang kita modifikasi, terima kasih bagian teknik telah membantu sehingga dia dalam posisi kepala agak sedikit naik, itu posisi ideal perawatan ICU," kata dia.

Saat ini, kondisi Fajri dinilai lebih baik dibandingkan saat pertama kali tiba di RSCM. Pihak RSCM tengah fokus menstabilkan kondisi Fajri terlebih dahulu, terutama jantung dan paru-paru yang dinilai alami infeksi serta sejumlah luka pada kulitnya akibat minim bergerak. Ada pula dokter yang khusus membantu pergerakan anggota tubuh.

"Ada sekitar lima dokter untuk membantu menggerakkan tangan dan kaki, kemudian gizinya diberikan via selang dulu sementara karena dipasang alat bantu napas. Dan ada perawat satu atau dua orang stand by dan kami ada satu meja buat menulis status pasien dan instruksi dari belasan dokter yang menangani," kata dia. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement