REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat, Moh Arifin Soendjayana, memastikan stok kebutuhan pangan di 27 Kabupaten/Kota dalam kondisi aman. Walaupun, di tengah badai el nino. Arifin mengatakan, dari sisi ketersediaan beras, tahun ini tersedia delapan juta ton. Dari jumlah tersebut, diprediksi kebutuhannya hingga Desember hanya sekitar 6,4 juta ton.
"Ada cadangan daerah, Provinsi punya 1400 ton, jadi bisa digelontorkan, kalau dari satu kabupaten/Kota itu defisit, kita moving saja dari satu Kabupaten ke Kabupaten lain atau dari Kota ke Kota lain," ujar Arifin, di acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (14/6/2023).
Menurut Arif, sejauh ini tak ada daerah di Jabar yang terancam rawan pangan. Karena, untuk memantau kebutuhan pangan di 27 Kota/Kabupaten, pihaknya memantau langsung melalui Sistem Informasi Pengawasan Pangan dan Gizi (Simawas Pagi).
"Nanti akan kelihatan daerah mana saja, misalnya dari sisi 11 komoditi itu, akan kelihatan kabupaten/kota mana saja yang hijau, kuning dan merah," katanya.
Arifin pun memastikan dari sisi harga, ditingkat produsen dan konsumen pergerakannya tidak terlalu ekstrim.
"Pemprov sudah melakukan antisipasi keterjangkauan dari sisi harga bisa diantisipasi. Tak hanya DPP, tapi dari pusat Kabupaten/Kota," katanya.
Arifin menjelaskan, stok beras di Jabar 2023 ada 8 juta ton. Sementara kebutuhan beras di Jabar hingga Desember ada 6,4 juta ton.
"Beras 1,7 juta ton surplus. Tapi harus dijaga ada dimana saja yang 1,7 juta ini," katanya.
Cadangan pangan pun, kata dia, semua daerah harus punyai kabupaten kota. Yaknix ada 1.500 ton di semua kabupaten/kota. Saat ini hanya 1 kabupaten yang belum punya cadangan pangan dalam bentuk beras dan gabah.
"Cadangan pangan ini disimpan kalau dibutuhkan dikeluarkan," katanya.