Sabtu 10 Jun 2023 20:49 WIB

Kisah Ibu Vivi, Bangkit dari Sisa Kebakaran yang Menghanguskan

Banyak keuntungan jadi pedagang sekaligus Agen BRILink di Pasar Inpres Pasar Minggu.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Erik Purnama Putra
Nuryati selaku pemilik toko buah dan sayuran yang berada di Pasar Inpres Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu Agen BRILink.
Foto: Republika/Dwina Agustin
Nuryati selaku pemilik toko buah dan sayuran yang berada di Pasar Inpres Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu Agen BRILink.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semburat hitam masih jelas terlihat di balik spanduk Agen BRILink yang khas berwarna putih biru bergaris oranye. Pemandangan tembok gosong yang tertutupi berbagai benda tidak asing bagi yang berkunjung ke Pasar Inpres Pasar Minggu setelah kebakaran pada April 2021.

Para pedagang masih berjualan di bawah bangunan yang terbakar dengan mendirikan tenda sederhana. Salah satu yang tetap bertahan usai kebakaran yang melahap seluruh jualan adalah Nuryanti. Dia mengaku, saat kebakaran terjadi, baru saja sampai di rumah kawasan Cibubur.

"Kayaknya jam setengah enam, saya baru sampai terus dapat telepon, ya sudah cuma bisa pasrah," ujar perempuan berusia 40 tahun itu kepada Republika.co.id di Jakarta, belum lama ini.

Sosok yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Vivi karena merujuk nama anaknya, ini mencoba mereka ulang kondisi saat itu kala menghadapi bencana si jago merah. Dia menghadapi seluruh barang jualan berupa segala perlengkapan plastik, sayuran, buah-buahan, bahkan mesin EDC yang didapat dari BRI sebagai fasilitas agen BRILink, ludes.

Kios yang cukup luas karena terdiri dari sekitar empat tempat yang dijadikan satu pun sudah tidak tertolong. Padahal, itu semua merupakan hasil dari merintis berjualan sejak 2016, usai ia keluar sebagai karyawan toko emas selama kurang lebih 17 tahun.

Kebakaran tidak memberikan sisa untuknya dan keluarga. "Sudah pandemi, saya baru ambil pinjaman BRI, ditambah kebakaran, pusing waktu itu," ujar ibu tiga anak ini.

Ketika itu, dunia Vivi hancur seketika. Namun, bukan berarti ia menyerah dengan keadaan yang terjadi. "Saya mencoba meminjam ke yang lain, sedikit-sedikit stok barang juga," ujarnya.

Vivi pun kembali mendapatkan mesin EDC baru dan melanjutkan sebagai Agen BriLink yang membantu perdagangan pasar dalam bertransaksi nontunai. Upaya tersebut lambat laun membuat Vivi kembali bisa bangkit dan berjualan seperti biasanya.

Hal yang berbeda dari sebelum kebakaran adalah kini, ia mendirikan warung tenda di bawah bangunan yang terbakar, seperti beberapa pedagang yang lain. Vivi pun masih memiliki kios di dalam gedung, tetapi tempat lebih sempit, tidak seperti dulu lagi.

Pintu rezeki baru

Nuryanti dan suami Fendi tidak menyangkan mesin EDC  dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada 2016 akan membuka pintu rezeki baru. Sebagai pedagang di pasar, toko pasangan ini awalnya hanya ingin memberikan variasi dalam pembayaran.

"Awalnya saya juga bingung pas bapak bilang mau minta mesin EDC, ya buat apa gitu jualan di pasar punya begituan," ujar Ibu Vivi, panggilan akrabnya.

Vivi dan suami kemudian malah mendapatkan mesin EDC khusus yang membuat mereka terdaftar sebagai agen BRILink untuk ditempatkan di toko plastik. Sejak itu, mereka menjadi tumpuan banyak warga pasar dalam melakukan transaksi nontunai, bahkan menempatkan sebagai agen BRILink andalan di Pasar Minggu.

"Ini awalnya orang dari mulut ke mulut aja, saya nggak ngajak-ngajak atau gimana, orang datang sendiri," ujarnya.

Vivi pun memiliki dua nama yang terdaftar sebagai Agen BRILink, satu atas nama suaminya dan satu atas nama dirinya. "Punya bapak ini emang buat kios di pasar, nama saya ini awalnya buat warung di rumah," ujar warga Cibinong, Kabupaten Bogor, ini.

Tetaapi, toko yang sebelumnya dijalankan oleh anak sulung Vivi akhirnya tutup karena ditinggal bekerja. Akhirnya, mesin EDC yang sebelumnya dipakai di warung tersebut dipindahkan ke kios buah dan sayuran sederhana di pinggir jalan dalam pasar usai kebakaran pada 2021.

Pada masa-masa sebelum pandemi, Vivi mengaku, bisa melakukan transaksi hingga 180 kali per hari dengan nominal dan kebutuhan yang beragam dari satu mesin EDC saja. Saat ini, ia hanya menerima hingga 150-an transaksi dari dua mesin EDC. Penurunan itu, menurut Vivi, karena sudah banyak bersaing dengan Agen BRILink yang lain atau bank yang menawarkan fasilitas serupa.

Meski begitu, kata Vivi, meski terjadi penurunan, penghasilan tambahan dari Agen BRILink membantu pemasukan keluarganya. Selain biaya yang diberikan kepada pelanggan yang ingin dibantu transaksi, Vivi pun mendapatkan komisi yang seperti gaji per bulan dari BRI.

"Saya tidak bisa memilih antara berjualan dan Agen BRILink, keduanya ini saling melengkapi," ujar Bu Vivi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement