Jumat 09 Jun 2023 18:10 WIB

HUT HKTI Ke-50, Moeldoko Bicara Diversifikasi Makanan Pokok

Saat ini lahan sawah disebut terus menurun.

HUT Ke-50 HKTI di Hotel Discovery Ancol, Jakarta Utara.
Foto: Dok. Web
HUT Ke-50 HKTI di Hotel Discovery Ancol, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Jenderal (Purn) Moeldoko berharap rakyat dapat membiasakan pengurangan konsumsi nasi. Menurut dia, konsumsi nasi masyarakat sangat tinggi, padahal lahan padi tahun demi tahun berkurang.

"Saya mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia mulai memahami bahwa kita makan nasi terlalu banyak seperti era Jepang, 40 tahun lalu," kata Moeldoko pada HUT Ke-50 HKTI di Hotel Discovery Ancol, Jakarta Utara, seperti dilansir pada Jumat (9/6/2023). 

Baca Juga

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) ini meminta agar masyarakat berusaha berhemat. Demi keseimbangan antara suply demand padi terjaga. Harus diingat,  Agustus tahun ini dampak el nino sedemikian terasa dengan keberadaan potensi kemarau panjang.

"Mulai berusaha berhematlah dan mulai kurangi nasi agar seimbabg antara suplai dan permintaan," kata dia.

Sebagai gantinya, kata dia, bisa mengonsumsi sumber karbohidrat lainnya contohnya sorgum, sagu, ubi dan sejenisnya. Moeldoko menyebutkan ada banyak bahan pangan yang dapat menggantikan nasi yang saat ini menjadi makanan populer masyarakat.

"Ayo sumber-sumber tersebut  kita gali bersama. Ingat pertumbuhan populasi manusia bertambah banyak. Namun ladang sawah semakin berkurang, sehinga ada celah di situ," katanya.

Berkenaan antisipasi dampak el nino, HKTI dengan gencar melakukan sosialisasi. Sekaligus mengembangkan komoditas lain yang dapat digunakan sebagai diversifikasi nasi, seperti sorgum.

"Kita berusaha hadapi el nino. Ada tanaman lain yang bisa kita maksimalkan yang tadinya tertidur seperti sorgum yang bukan hal baru bagi Indonesia," sebutnya.

Ia mengungkapkan, pembudidayaan sorgum sebagai makanan alternatif pengganti nasi difokuskan pada daerah kering dan terbiasa menanam komoditas tersebut.

"Daerah tersebut, di antaranya di Nusa Tenggara Timur serta daerah bekas tambang, seperti di Bangka Belitung, Kalimantan, dan Sulawesi," ujar dia, demikian dilansir dari Antara

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement