Inilah kunci, mengapa elite politik kita masa awal kemerdekaan, tidak terlihat vulgar dan hanya ngotot dalam perdebatan politik, tetapi mereka berusaha untuk mencari kesepakatan dan konsensus bagi kemaslahatan orang banyak yang diwakilinya. Mereka itu, tidak lain adalah rakyat yang telah menopang mereka ke kursi kekuasaan.
Silih berganti kabinet berganti, tidak ada ketegangan yang berarti. Mereka seperti tim pelari estafet dan apabila ada yang gagal, dengan sportif mereka mengakuinya. Mereka kemudian menyerahkan kepemimpinan kepada lawan-lawan politik mereka dengan sukarela. Mereka turun dari jabatan pimpinan pemerintahan dan kembali menjadi oposisi, menyusun program dan konsep baru agar mereka dipercaya oleh kawan-kawan lainnya untuk terpilih lagi kelak menjadi pemimpin pemerintahan.
Aturan main berpolitik, bukan untuk kekuasaan itu belaka, melainkan untuk suatu kepentingan yang lebih mulia, kepentingan bangsa dan rakyat. Cita-cita dan moralitas berpolitik mereka sangat kuat, mungkin itulah ciri dan karakter jiwa seorang negarawan, bukan sekadar seorang politikus.