Kamis 25 May 2023 10:38 WIB

INACA Dorong Indonesia Segera Optimalkan Pengunaan Sustainable Aviation Fuel

Indonesia pada tahun 2025 bisa menggunakan SAF sebanyak 5 persen.

Ketua INACA, Denon Prawiraatmadja
Foto: Istimewa
Ketua INACA, Denon Prawiraatmadja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk menghasilkan energi yang bersih sehingga berdampak kepada lingkungan, asosiasi penerbangan nasional yang tergabung dalam Indonesia National Air Carriers Association (INACA) mendorong agar pemerintah dapat segara mengoptimalkan penggunakan Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada industri penerbangan di Tanah Air.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua INACA, Denon Prawiraatmadja yang didamping oleh Sekjen INACA, Bayu Susanto saat menghadiri workshop Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang diselanggarkan oleh Federal Aviation Administration (FAA) di Bangkok pada 22 Mei hingga 25 Mei 2023. Menurutnya, sebagai negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, Indonesia membutuhkan transportasi udara optimal, hal ini untuk mendukung dan meningkatkan perekonomian nasional.

 

photo
Ketua INACA, Denon Prawiraatmadja saat menghadiri workshop Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang diselanggarkan oleh Federal Aviation Administration (FAA) di Bangkok pada 22 Mei hingga 25 Mei 2023. - (Istimewa)

 

“Saat ini ada 451 armada penerbangan yang dimillikin oleh industri penebangan nasional dan SAF merupakan hal yang penting dan perhatian kita semua. Memang dibeberapa bagian di sektor penerbangan sudah menerapkannya, namun kami berharap saat ini dapat dioptimalkan penerapan green energy dan cleen energy secara bertahap sehingga di tahun 2045 sudah dapat dilakukan secara penuh,” kata Denon dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Kamis (25/5/2023).

Dia menambahkan, dibeberapa di Asia telah serius menerapkan SAF atau Bahan Bakar Penerbangan berkelanjutan. Seperti di Korea Selatan yang mengubah undang-undang pada tahun 2023 untuk memungkinkan adopsi bahan bakar biologi laut pada tahun 2025 dan SAF pada tahun 2026. Lalu di Jepang yang menargetkan penggunaan SAF 10 persen pada tahun 2030, dimana hal ini diumumkan oleh anggota parlemen Jepang pada Desember 2021.

Tidak hanya itu, kata Denon, di China menargetkan 50 ribu ton penggunaan SAF dan saat ini telah dilakukan pengujian kinerja SAF terhadap sertifikasi kelaikan udara, eksplorasi jalur baru untuk pengembangannya. Lalu di India yang tengah mempertimbangkan penggunaan SAF di sektor penerbangannya. 

“Dan kita akui untuk Indoesia sendiri telah bersiap menerapkan SAF dimana direncanakan pada tahun 2025 bisa menggunakan SAF sebanyak 5 persen. Hal ini sangat bagus dan kami siap mendukungnya sehingga pada tahun 2045, industri penerbangan kita bisa secara optimal menggunakan SAF,” katanya.

Produsen terbesar

Denon juga mengatakan, bahwa Asia akan menjadi rumah bagi produsen terbesar dari SAF, tentu hal ini menjadi pangsa pasar bagi Indonesia agar kita mampu menyediakan SAF dilahan kita sendiri. Dan hal ini menjadi kunci agar keberlangsungan transportasi nasional kita menjadi pemenang industri domestik.

Untuk mewujudkan hal tersebut, kata dia, diperlukan kolaborasi dengan semua pihak, antara pemerintah BUMN dan swasta agar bisa menghadirkan bahan bakar ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sehingga, hal ini dapat membuat industri penerbangan yang sehat.

"Serta juga menghasilkan clean energy yang didukung oleh ekosistem yang baik seperti electric vehicle dan green airport serta semua ekosistem yang menunjang ekosistem dan industri penerbangan nasional,” ucap Denon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement