Senin 22 May 2023 16:05 WIB

Pemanggilan Gibran Bukti PDIP Khawatirkan Manuver Relawan Jokowi

Ada kesan ketidaksolidan di internal PDIP dalam mendukung Ganjar sebagai capres.

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka usai mengelar pertemuan di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (22/5/2023). Gibran Rakabuming Raka dimintai klarifikasi oleh PDIP terkait pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan relawan Jokowi di Solo.
Foto:

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Andriadi Achmad menilai, PDIP kini mulai khawatir dengan manuver yang dilakukan relawan Presiden Jokowi maupun putranya Gibran terkait dukungan di Pilpres 2024. Hal ini nampak dari pemanggilan DPP PDIP kepada Gibran usai mendampingi Relawan menemui dan menyatakan dukungannya terhadap Prabowo Subianto.

"Bentuk kekhawatiran PDIP, karena Gibran adalah putra Presiden Jokowi. Jika pendukung Jokowi dan Gibran ke Prabowo Subianto, artinya tidak bulat dukungan ke Ganjar Pranowo, ada dualisme dukungan di internal PDIP," ujar Andriadi dalam keterangannya kepada Republika, Senin (22/5/2023).

Andriadi juga menilai ketidaksolidan internal PDIP dalam mendukung bakal calon presiden Ganjar Pranowo juga bukan kali ini saja. Menurutnya, ada internal PDIP lainnya yang juga belum sepenuhnya mendukung Ganjar. Mereka yang belum mendukung adalah kader yang sebelumnya cenderung pro terhadap Puan Maharani.

"Sebelumnya beberapa kader DPP juga cenderung menyerang Ganjar seperti politisi senior PDIP Tri Media Panjaitan mempertanyakan kinerja Ganjar selama dua periode sebagai Gubernur Jateng, begitu juga panas dingin hubungan antara Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Pacul dengan Ganjar," ujarnya.

Direktur Eksekutif Nusantara Institute Political Communication Studies and Research Centre (PolCom SRC) melanjutkan, ditambah dengan relawan Jokowi yang juga meninggalkan Ganjar dan terbaru mendukung Prabowo.

"Menurut saya, ketidaksolidan dan perpecahan internal PDIP dalam mendukung GP akan semakin meluas jika tidak ditertibkan secara cepat oleh ketua umum PDIP Megawati," ujarnya.

Kondisi ini, lanjut Andriadi, berbeda dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang mendukung bacapres Anies Baswedan yang semakin solid dan kokoh. Penangkapan Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate yang dikaitkan dengan sikap politik Nasdem pun tidak mempengaruhi partai besutan Surya Paloh untuk mendukung Anies Baswedan.

"Genderang perang antara PDIP dan Nasdem sudah ditabuhkan dengan penangkapan sekjen Partai Nasdem Johni G Plate. Belum lagi dukungan secara terbuka para senior atau tokoh - tokoh seperti JK terhadap capres Anies Baswedan, menjadi amunisi baru," ujarnya.

Pengamat politik Dedi Kurnia Syah membandingkan sosok ketokohan bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dengan bakal capres dari PDIP Ganjar Pranowo dalam pencapresannya. Dedi menilai, dalam proses pengusungan Ganjar sejak awal Gubernur Jawa Tengah itu tidak terlalu terlibat.

Menurutnya, sosok Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo yang justru paling nampak dan terlibat.

"Ganjar kehilangan wibawa ketokohan dalam proses pengusungannya, karena terlalu dalamnya keterlibatan Jokowi dalam menentukan pencapresan Ganjar, sehingga Ganjar hanya dianggap sebatas wayang, tidak miliki keputusan kecuali hanya patuh dan tunduk pada instruksi Jokowi atau Megawati," ujar Dedi dalam keterangannya kepada Republika, Senin (22/5/2023).

Karena itu juga, Dedi menilai kehilangaan tokoh kewibawaan ini yang memungkinkan jadi alasan relawan Jokowi tidak mendukung Ganjar, justru mendukung Prabowo. Manuver yang dilakukan relawan Jokowi ini terbaru dilakukan oleh Relawan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), menyusul relawan Jokowi Mania yang lebih awal meninggalkan Ganjar.

"Ada dua hal memungkinkan sedang terjadi, pertama: relawan Jokowi tidak terakomodasi oleh PDIP dalam pengusungan Ganjar, atau Ganjar kehilangan wibawa ketokohan dalam proses pengusungannya," ujarnya.

Kondisi di atas berbeda dengan Anies Baswedan yang didukung koalisi KPP yakni Nasden, PKS dan Demokrat. Meski diusung koalisi yang terhitung masih baru, ketiga partai ini memberikan keleluasaan kepada Anies untuk menjaga ketokohannya.

"Faktanya Anies tetap mandiri dan ketokohannya terjaga, hal ini misalnya ia diberi keleluasaan menentukan Cawapres, termasuk secara langsung mengendalikan tim kecil koalisi, bahkan tidak ada ketua umum partai yang dikesankan mendikte Anies," ujarnya.

 

photo
Hitung-hitungan Koalisi Besar - (Republika/berbagai sumber)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement