Senin 15 May 2023 15:03 WIB

Mahasiswa Tunarungu Indonesia Raih Gelar Master Bahasa Isyarat di Universitas Gallaudet  

Phieter jadi orang Indonesia pertama yang selesaikan S2 di Universitas Gallaudet.

Mahasiswa tuna rungu asal Indonesia, Phieter Angdika, berhasil menyelesaikan Program Studi S2, Pendidikan Bahasa Isyarat (Master of Sign Language Education/MASLED) di Universitas Gallaudet, Washington DC, Amerika Serikat.
Foto: Istimewa
Mahasiswa tuna rungu asal Indonesia, Phieter Angdika, berhasil menyelesaikan Program Studi S2, Pendidikan Bahasa Isyarat (Master of Sign Language Education/MASLED) di Universitas Gallaudet, Washington DC, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahasiswa tuna rungu asal Indonesia, Phieter Angdika, berhasil menyelesaikan Program Studi S2, Pendidikan Bahasa Isyarat (Master of Sign Language Education/MASLED) di Universitas Gallaudet, Washington DC, Amerika Serikat. Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Amerika Serikat (AS), Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan rasa bangganya atas keberhasilan itu.

Universitas Gallaudet adalah satu-satunya perguruan tinggi swasta terkemuka di dunia yang fokus mengedukasi mahasiswa tuna rungu dan tuna wicara. Kampus ini telah berdiri sejak tahun 1864.

“Saya sangat senang, bahagia, dan terharu atas pencapaian Phieter. Prestasinya membanggakan. Phieter menjadi orang Indonesia pertama yang menyelesaikan program S2 di Universitas Gallaudet,” kata Dubes Rosan melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (15/5/2023).

Dubes Rosan berkomitmen untuk membantu Phieter melanjutkan pendidikannya di jenjang Strata 3 Bidang Linguistik di Universitas Gallaudet, pada musim gugur tahun ini.  Phieter adalah salah satu dari dua mahasiswa penerima beasiswa World Deaf Leadership (WDL) tahun 2021, yang disponsori Nippon Foundation (Jepang) bekerja sama dengan Universitas Gallaudet. 

Untuk mendapatkan beasiswa, Phieter harus bersaing dengan 425 peserta lainnya dari seluruh dunia. “Setelah menyelesaikan pendidikannya, saya berharap Phieter dapat membantu mengembangkan keahliannya  untuk para penyandang disabilitas tuna rungu di Indonesia,” kata Dubes Rosan.   

Ia berharap Indonesia akan memiliki perguruan tinggi khusus bagi penyandang disabilitas seperti Gallaudet University. Disebutkan bahwa saat ini terdapat sekitar 22,5 juta orang penyandang disabilitas di Indonesia. “Para penyandang disabilitas harus memiliki akses pendidikan yang seluas-luasnya agar lebih percaya diri dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia,” jelas Dubes Rosan.  

Sementara itu, Phieter yang kini tercatat sebagai peneliti di Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) FIB Universitas Indonesia (UI), mengungkapkan kegembiraannya memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Gallaudet.    

“Senang sekali bisa berkuliah di Universitas Gallaudet. Banyak hal yang saya dapatkan, salah satunya tentang layanan Video Relay Service (VRS), yang memberikan layanan penerjemah bahasa isyarat melelui telepon” kata Phieter yang juga Ketua Muslim Asosiasi Mahasiswa Muslim Universitas Gallaudet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement